Sayang, Jangan Benci Hujan
Dear Diary
Hari ini adalah hari ketiga puluh di bulan Januari. Hujan kembali mengguyur pagi. Itu artinya sudah berkali-kali ia berangkat diiringi air juga angin. Menembus dinginnya udara demi mendapat sejumlah rupiah untuk menjaga dapur tetap mengepul.
Diary
Aku tak ingin mengeluh apa lagi mengeluarkan sumpah serapah. Bagaimana pun hujan tetaplah berkah. Itu yang aku tancapkan di hati tentang rezeki. Benar, hujan ini berpengaruh terhadap pendapatan harian kami. Akan tetapi aku masih meyakini bahwa rezeki tak diukur dari jumlah rupiah. Karena masih banyak bentuk rezeki lain yang dapat kami nikmati.
Dear Diary
Waktu menunjukan hari sudah siang ia pulang. Aku lega. Melihat di wajahnya masih ada senyuman. Tak peduli barang dagangan masih menumpuk yang penting ia pulang dengan selamat dan masih sehat. Kau tahu diary, aku selalu khawatir jikalau ia tak terlihat mata. Satu-satunya hal yang buatku tenang adalah menitipkannya pada Tuhan. Doa senantiasa dipanjatkan tuk mengiringi setiap langkahnya.
Diary
Sudah dulu, aku akan menyeduh kopi untuknya. Sembari menyuguhkan, akan aku ucapkan padanya. "Sayang, jangan benci hujan. Bagaimana pun tetap ada karunia dibalik segala peristiwa. Seperti kita yang lebih sering bercengkrama setiap kali musim hujan tiba."
Pojok Kamar, 30 Januari 2021
Mutia AH