Sebagai peserta magang di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi, saya berkesempatan menyaksikan dan terlibat langsung dalam salah satu tradisi adat terbesar masyarakat pesisir Prigi: Larung Sembonyo. Ritual yang berlangsung pada Minggu, 18 Mei 2025 ini meninggalkan kesan mendalam, bukan hanya karena kemeriahannya, tetapi juga makna budaya dan spiritual yang begitu kental di setiap prosesi.
Sejak pagi, suasana PPN Prigi sudah tampak berbeda. Nelayan, warga, hingga pengunjung dari berbagai daerah berkumpul menyambut acara puncak Larung Sembonyo.Tumpeng manten dan sesaji diarak dengan penuh khidmat diiringi kesenian tradisional seperti jaranan dan marching band lokal. Saya sangat terkesan dengan antusiasme masyarakat yang tak hanya menjadi penonton, tapi juga pelaku aktif dalam pelestarian tradisi ini.
“Larung Sembonyo bukan hanya ritual tahunan, melainkan warisan budaya yang harus terus dijaga dan dikenalkan kepada generasi muda. Saya merasa bersyukur bisa menjadi bagian dari peristiwa ini, meski hanya sebagai peserta magang. Pengalaman ini memperkaya pemahaman saya tentang hubungan manusia dengan alam dan budaya sebuah pelajaran berharga yang tak saya dapatkan di ruang kelas”-Ujar Penulis
Momen paling sakral dalam Larung Sembonyo adalah ketika tumpeng agung dan sesaji dilarung ke laut. Saya menaiki salah satu kapal nelayan yang ikut mengiringi prosesi ini. Deretan kapal nelayan, berhias janur dan umbul-umbul, bergerak perlahan ke tengah laut selatan.Di tengah laut, doa dipanjatkan bersama. Ada suasana haru dan harapan dalam setiap kata. Sebagai orang luar, saya bisa merasakan betapa dalamnya ikatan masyarakat dengan laut sebagai sumber penghidupan sekaligus tempat sakral yang dihormati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI