Mohon tunggu...
Musfiq Fadhil
Musfiq Fadhil Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Abdul Hamma

Lulusan Ilmu Kesehatan Masyarakat - Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Sri Mau Mandi

14 November 2020   19:53 Diperbarui: 16 November 2020   17:33 941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kopi lendot via c52onlen.blogspot.com/kopipangku

Bagi Sri, Mandi adalah SOP yang wajib dilaksanakan dirinya usai bekerja. Sedingin apapun, pokoknya pantang pulang sebelum mandi. Begitu kira-kira motto Sri yang sudah satu tahun ini bekerja sebagai Pelayan Kopi lendot di warung itu.

Tidak. Kebiasaan Sri mandi bukan karena ia merasa jijik tubuhnya yang semlohai itu penuh daki, keringat dan lendir akibat ia melayani tamu-tamu semalaman. Sri tidak jijik. Satu tahun bekerja menjadi pelayan kopi lendot membuat tubuhnya sudah terbiasa dengan semua kotoran itu.

Tetapi Sri mandi ialah karena Sri takut jika kotoran dari para hidung belang itu terbawa ke rumah dan mencemari tubuh Andri. Sri tidak sudi daki dan keringat hina turut menempel pula di kulit bocah lelaki semata wayangnya.

"Nawaitul Ghusla... akbari" Byurr! Air kolam agak payau itu Ia siramkan gayung demi gayung. Sri keramas, menyikat gigi, lalu dengan teliti menggosok lekuk-lekuk tubuhnya hingga bau apek keringat dan daki para tamu hilang berganti wangi semerbak sabun pepaya.

Usai mandi, barulah Sri merasa lega untuk pulang ke rumah dan tak bimbang untuk memeluk Andri, si anak semata wayang. Sri juga merasa lega, sebab ia menganggap bahwa mandi dapat menghilangkan dosa akibat pekerjaannya itu. Dosa-dosanya luruh bersama daki dan keringat para hidung belang.

"Gusti Allah Maha Penyayang. Tubuhku sudah bersih dan wangi lagi. Mesti dosaku sudah diampuni", gumam Sri tiap kali selesai mandi.

Sulur matahari mulai menyembul tipis di ujung timur hamparan sawah. Adzan shubuh sebentar lagi akan bersahutan. Angin kencang laut utara menyambut Sri sesaat Ia keluar dari warung Kopi. Segera Sri menunggangi skuter hitam metalic miliknya menyusuri jalur pantura yang masih lengang menuju arah pulang.

***

"Andri, Ibu Pulang! Bangun yuk!" Sri menggoyang-goyangkan bahu bocah yang tengah tidur lelap di atas matras memeluk guling.

Bocah yang baru kelas satu SD itu tidak bergeming hingga ketika jemari Sri yang lentik berpacar merah menjewel pipinya, barulah bocah itu perlahan membuka kedua kelopak matanya.

Dalam kondisi masih setengah sadar, bocah bangkit dan langsung mendekap Sri dengan manja. Sri tersenyum mengelus ubun-ubun anak semata wayangnya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun