Mohon tunggu...
Musfiq Fadhil
Musfiq Fadhil Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Abdul Hamma

Lulusan Ilmu Kesehatan Masyarakat - Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan Berwajah Ungu dan Jam Pendulum Kayu

28 September 2020   23:53 Diperbarui: 12 Oktober 2020   15:49 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendulum clock- gambar olahan dari Shenzen My Fashion Smarthome 

Untuk Lusy Mariana Pasaribu

Kala cakar-cakar rembulan mulai menyelinap lewat celah-celah
Perempuan berwajah ungu termangu di depan jam pendulum kayu
Membiarkan kelopak-kelopak hatinya semakin layu
menyerahkan semuanya alum oleh serpihan debu-debu
Ia terbuai oleh rayuan sepi yang mendayu-dayu

Pada pucuk pendulum itu biji-biji matanya basah
Berayun-ayun dalam satu rima yang gelisah
Tak berhenti sampai sebongkah pandangannya terpecah-belah.

Pada detik dan detak jam pendulum itu daun-daun telinganya gugur
Merelakan jarum sunyi menikam satu lembar harapannya sampai hancur
Hingga dentang sepi berlarian ke segala penjuru rumah
Ia merelakan gerigi-gerigi hampa menindih masa depannya sampai runtuh.

Untuk apa Aku terus berusaha jika Aku sudah ditakdirkan untuk selalu kalah?
Untuk apa Aku terus panjatkan doa jika perwujudan harapanku tak pernah dituliskan?

Duhai Jam Pendulum, Aku lelah sekali.

Kala cakar-cakar rembulan mengoyak seisi perabotan rumah
Di hadapan jam pendulum kayu itu, Perempuan berwajah ungu memutuskan untuk menyerah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun