Mohon tunggu...
Mustiana
Mustiana Mohon Tunggu... Penerjemah - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis dan penyuka traveling

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Sabang, Kota di Ujung Sumatera yang Sayang Dilewatkan

23 Juli 2019   10:27 Diperbarui: 23 Juli 2019   10:45 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun yang bikin saya sebel, meski baru pertama si mama lebih jago snorkeling daripada anaknya ini. Bete~

0 Kilometer

Dari Iboih kita langsung tancap gas untuk kejar sunset di 0 kilometer. Jalanan menuju ke sana sih deket sekitar 15 menit dari Iboih tapi ekstrem gitu karena matahari jarang tembus ke jalan karena tertutup rindangnya pohon. Apalagi masih banyak hewan liar yang ditemui di jalan, salah satunya babi hutan.

Dokpri
Dokpri
Usut punya usut ternyata babi itu punya nama dan jadi primadona kalau kita ke 0 kilometer. Lagi-lagi si babi gak takut sama manusia hehehe karena sering menyapa turis di sini.

Dengan pakaian seadanya karena si mama enggak bawa baju, kita tetap foto-foto di sana. Sayang, lagi ada pembangunan di 0 kilometer. padahal niatnya mau lihat sunset dari atas menara ehhh... menaranya belom jadi. Katanya di sana kita bisa minta serifikat bukti kalau kita pernah ke sana tapi enggak penting juga sih menurut saya hahaha.

Meski sedikit berdebu tapi cantiknya sunset gak bisa terhalangi. Apalagi sambil minum es kelapa sama rujak aceh hahaa.... ya meski pas momen tenggelamnya sang surya harus diburu bgt sampe desek-desekan bersaing sama turis bule dan domestik tapi tetap aja seru. 


Dokpri
Dokpri
Kita enggak bisa lama-lama di sini karena harus segera balik ke kota Sabang. karena jarak balik lumayan jauh sampai 2 jam dan harus melewati rumah penduduk yang jarang berikut tebing dan hutan soooo lebih cepat lebih baik..

Sopir pun langsung melajukan mobilnya dengan kencang, saat itu entah kenapa suasana jadi tegang. karena jalanan gelap banget, mobil jarang, nyokap duduk gak santai sambil baca wirid dan beberapa kali khawatir soal begal. Maklum di Jakarta lagi banyak begal. kalau sudah kek gini biasanya saya bete karena kadang nyokap sukses bikin semua orang jadi ketakutan. Baeklah.

Meski udah teramat lelah, tapi saya sama mama masih semangat berburu sate gurita. Akhirnya sampai di penginapan kita pake bentor yang harganya cuma Rp 5 ribu bolak balik. Abangnya baik dan ngocehhhh terussoal dia masih membujang hahaha.

 Satu-satunya tempat yang enak jual sate gurita adalah Taman Remaja dan kuliner di Sabang. Rame banget, semula kita mau menikmati malam di sana sambil menikmati angin pantai, tapi karena rame kita mutusin balik ke hotel mungil kita yang harganya cuma 85 ribu semalam hehehe. Padahal si abang ojek udah bilang mau tungguin kapan aja tapi tetap saja enggak enak. Saya enggak suka menunggu makanya saya enggak mau membiarkan org lain menunggu.

Dokpri
Dokpri
Kalau kalian jalan kemanapun jangan lupa ngobrol ngalor ngidul soal kehidupan dan budaya di tempat jalan-jalan kalian sama orang lokalnya. Sama kayak saya yang lagi dengerin cerita si abang berhanduk ini yang bilang kalau di Sabang tuh terkenal aman. Soal ini saya rasa benar adanya, karena pas pulang saya temui banyak perkakas pembangunan yang tergeletak begitu saja. Padahal kalau ini di Jakarta sudah habis dicolong orang hm...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun