Mohon tunggu...
Mustiana
Mustiana Mohon Tunggu... Penerjemah - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis dan penyuka traveling

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Yogyakarta yang Katanya Berbudaya

16 Juli 2019   05:57 Diperbarui: 16 Juli 2019   05:58 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya terpukau dengan lantunan musik dan tarian lembut yang disajikan, lalu saya tengok sebelah... si ibu kabid sudah menguap, kekelahan dia rupanya. Lalu saya tengok sebelah kiri, hal serupa kembali terjadi. Rasanya semua kompak menguap.

Pikiran positif sih bilang mungkin mereka kelelahan, tapi pikiran' negatif masuk lalu berbisik, "gini nih org Indonesia ga ada apresiasi sama kesukaan sama budaya sendiri ,padahal pertunjukan sudah keren begini," saya saja yang lagi kebelet pengen ke toilet saya tahan-tahan karena gak mau melewatkan sedetikpun menjepret tanpa bliz dan menikmati babak demi babak.

Sampai sejam berlalu dan waktu istirahat tiba, heran juga ada waktu istirahatnya hahah ternyata pertunjukan akan dilanjutkan lagi, padahal sebelum istirahat lagi ada bakar-bakaran hanoman hahaha seru! apinya serius beneran, keren! 

Waktu istirahat dimanfaatkan buat buang air sekalian ada sesi foto-foto sama penarinya. Tapi penarinya kurang welcome gak kyak penari-penari Bali yang ketahuan klo mereka senang dengan pekerjaannya dan sambutan penonton.

Pimpinan  merengek pengen pulang karena dia mengaku ngantuk dan capek... ya kaliiii... saya cukup sebel karena tipe orang ini gak suka jalan dan lebih milih banyak di penginapan yang menyebabkan kita gak bisa kemana2 karena nurutin dia.. pihhhh

Ternyata dari sini kita gak langsung pulang, karena ada acara makan2 di Malioboro, beuh macet bray...mungkin saya enggak adil klo bandingin mailboro sekarang dengan zaman saya masih SMA, beda banget emang. Sekarang kayak pasar Blok M, mirip, serius! Meski banyak lesehan tapi ramenya ampun-ampunan.

Kami langsung menuju lesehan Terang Bulan yang rame banget tapi senengnya ternyata sudah di-reserve heheh aneh ya di lesehan bisa di-reserve. Makanan di sana emang gak ada duanya, klo boleh bawa ke mess saya bawa deh, karena burung daranya enak bgt. Garing gurih pokoknya sedap deh hehehe....

Di hari terakhir, rombongan kami singgah sebentar di Keraton Yogyakarta. Namanya juga kota budaya, jadi destinasinya ya harus budaya gitu, urusan sebenarnya tertarik atau gak ya urusan belakangan yang penting menunjukkan kan kalau kita pro budaya. (masih dendam semalem) 

Bener juga prediksi saya, masuk keraton, rombongan sudah mencar-mencar ada yang cuma duduk santai, ada yang beneran ikutin guide demi formalitas atau memang ingin tahu. 

Kalau saya jangan ditanya, tentu membututi abdi dalam keraton meski kadang gak fokus karena suka lama atau sangat sebentar memandangi jejeran benda yang dipamerkan.

Meski begitu, setiap  kali saya ke sana saya hampir selalu dibuat merinding memandangi lukisan pada Sultan plus istrinya. Ada daya magis yang memikat sekaligus menyeramkan. Makanya saya sadari, dulu saya berjalan-jalan di sini tanpa abdi dalam adalah sesuatu yang salah, karena memang ada yang seharusnya boleh dan tidak boleh dipandangi terlalu lama. hiiiii

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun