Teori Fromm dan Kebebasan Eksistensial
Erich Fromm dalam bukunya "Escape from Freedom" menekankan bahwa manusia sejatinya membutuhkan kebebasan untuk menjadi diri sendiri. Namun, kebebasan ini sering kali dihadapi dengan tantangan dan tekanan dari lingkungan sosial yang mengharuskan mereka mengikuti norma dan standar tertentu. Akibatnya, manusia terkadang merasa terkungkung dan mencari jalan keluar untuk mendapatkan kebebasan tersebut.
Fenomena Second Account bisa dipahami sebagai bentuk pelarian dari tekanan sosial dan keinginan untuk mencapai kebebasan eksistensial. Di akun kedua, mereka merasakan kebebasan untuk berekspresi tanpa takut dihakimi, tanpa harus memperlihatkan semua aspek diri di hadapan orang lain, dan tanpa merasa terbebani oleh ekspektasi sosial. Dalam konteks ini, akun kedua adalah cermin dari keinginan manusia untuk merdeka dan menjadi otentik, seperti yang diungkapkan Fromm bahwa manusia harus mampu menyatu dengan keaslian dirinya untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan sejati.
Teori Erikson dan Tahap Eksplorasi Identitas
Pada aspek perkembangan psikologis, Erik Erikson menyatakan bahwa masa remaja adalah periode "Identity vs. Role Confusion" (Identitas vs. Kebingungan Peran). Pada tahap ini, remaja sedang melakukan eksplorasi diri dan mencari identitas yang cocok dengan kepribadian mereka. Hal ini merupakan proses penting agar mereka dapat mengembangkan rasa percaya diri dan keberanian dalam menegaskan diri di kemudian hari.
Dalam proses ini, Second Account sangat berperan sebagai ruang aman bagi mereka untuk bereksperimen dan mengekspresikan berbagai aspek diri yang mungkin tidak cocok atau tidak diterima di dunia nyata maupun di akun utama mereka. Mereka dapat mencoba berbagai peran, minat, maupun ekspresi diri tanpa merasa takut akan penilaian negatif. Dengan begitu, mereka membangun keberanian dan stabilitas psikologis dalam proses pencarian identitas tersebut.
Dalam konteks ini, teori Erikson mendukung bahwa generasi Z memanfaatkan fitur ini sebagai bagian dari tahap eksplorasi identitas yang sehat dan konstruktif. Mereka belajar mengenali siapa mereka sebenarnya dan menegaskan identitas tersebut secara digital, yang nantinya akan membantu mereka membangun jati diri yang kuat dan otentik di dunia nyata.
Nah, Dalam dunia yang semakin digital ini, fenomena Second Account bukan hanya sekadar tren, melainkan juga cerminan dari kebutuhan manusia untuk mendapatkan kebebasan dan keaslian diri. Mereka berusaha mengatasi tekanan sosial dengan cara menciptakan ruang pribadi yang aman dan bebas, agar dapat mengekspresikan jati dirinya secara utuh. Melalui perspektif psikologi dari Fromm dan Erikson, fenomena ini menjadi salah satu bentuk adaptasi yang sehat bagi generasi muda dalam menghadapi tantangan zaman.
Daftar Pustaka