Mohon tunggu...
Danang Arief
Danang Arief Mohon Tunggu... Psikolog - baca, nulis, gowes adalah vitamin kehidupan

Menekuni bidang pengembangan organisasi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Tombol Lift Rusak dan Kesehatan Mental Penghuni Kantor

23 Juli 2022   07:32 Diperbarui: 23 Juli 2022   19:15 1083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Tombol Lift | Sumber gambar: Freepik

Anda tiba di kantor dan buru-buru menghampiri lift. Di sana Anda harus menunggu. Waktu pun terasa lama berjalan. Pintu lift terbuka, namun Anda belum bisa masuk karena penuh.

Setelah menunggu lebih lama, akhirnya Anda bisa masuk ke dalam lift. Beberapa tombol dengan sigap ditekan. Anda tidak sabar untuk sampai di meja kantor.

Pernah mengalami hal tersebut?

Mari sejenak menjadi detektif. Menurut Anda, tombol lift apa yang paling cepat rusak? Jika jawaban Anda adalah tombol "tutup/close" maka selamat, Anda benar.

Para perancang lift menyebutnya "door dwell", yaitu berapa lama sebelum pintu lift menutup. Biasanya di bawah 4 detik. Dan ternyata itu dianggap tidak cukup cepat. Sehingga tombol "tutup/close" menjadi begitu sering ditekan sehingga catnya memudar.

Pertanda apakah ini?

Bahwa kita hidup di era yang serba cepat.

Jika Anda perhatikan, ada saja pengendara yang melanggar lalu lintas atau ngebut di jalan. Padahal, hal itu membahayakan dirinya sendiri dan orang lain.

Mereka ingin cepat sampai di tujuan. Sama seperti mereka yang memencet berulang kali tombol "tutup" pada lift. Waktu yang ada seakan tidak cukup.

Dari sudut pandang psikologis, perilaku tersebut muncul karena ada kekhawatiran. Khawatir jika urusan yang tidak segera diselesaikan akan berdampak pada dirinya, pada kesuksesan hidupnya. Suatu hal yang sering kali diukur dengan materi dan status sosial. Kekhawatiran inilah yang kemudian memicu stres.

Dalam kondisi stres, Anda cenderung untuk overthinking, membesar-besarkan masalah, memperumit kondisi. Anda tidak bisa melihat secara jernih dan objektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun