Mohon tunggu...
Muslimin Harist Pratama
Muslimin Harist Pratama Mohon Tunggu...

Political science, Andalas university

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Wajah Pendidikan Kita

27 Januari 2015   05:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:18 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ingat Postingan Lama...

Dewasa ini, dinamika kehidupan semakin keras. Perubahan dari masa ke masa menuntut seseorang lebih keras lagi untuk berpikir agar dapat bertahan dalam menjalani kehidupan. Dengan kondisi seperti ini, setiap individu dituntut untuk terus mengasah ilmu pengetahuannya agar tidak terkesan usang dalam menghadapi perkembangan zaman. Ilmu pengetahuan ialah pengertian yang dipunyai oleh manusia secara benar tentang dunia sekitarnya dan dirinya sendiri. Hubungan yang benar antara manusia dan alam sekelilingnya ialah hubungan dan pengarahan.

Dunia pendidikan merupakan candradimuka ilmu bagi seseorang yang ingin terus mengasah ilmunya baik itu untuk kebaikan pribadi maupun untuk orang disekitarnya. Pendidikan merupakan wahana bagi pengembangan manusia. Pendidikan menjadi media bagi pemuliaan kemanusiaan manusia yang tercermin di dalam Harkat dan Martabat Manusia (HMM) dengan hakikat manusia. Harkat dan martabat manusia merupakan pembeda manusia sebagai makhluk berpikir dengan makhluk lainya diseluruh alam semesta.

Pendidikan menjadi alat bagi manusia untuk keluar dari keterbelakangan, kemiskinan dan ketertindasan. Terlebih lagi dalam era globalisasi seperti ini, pendidikan adalah nilai jual utama seseorang untuk dapat bersaing dengan yang lainnya, orang-orang yang kurang memiliki pendidikan diyakini akan mengalami keterlebelakangan dan ketertinggalan. Sebagai mana ungkapan Tan Malaka dalam konsep pendidikan kerakayatannya yang menganggap pendidikan merupakan senjata sekaligus modal bagi rakyat untuk merebut kekuasaan dari tangan pemilik modal. Pendidikan kerakyatan akan menumbuhkan kesadaran kelas dari anak-anak jelata bahwa bangsanya sedang dijajah. Tan malaka melihat bahwa dalam proses belajarlah seorang individu dianggap sama  rata dan memiliki kemampuan yang sama tanpa adanya pembedaan secara feodal. Oleh karena itu Tan Malaka sangat menekankan pentingnya proses pendidikan bagi masyarakat Indonesia. Karena dengan hal itu rakyat bisa berpikir rasional dan membebaskan dirinya sendiri dari keterbelakangannya.

Atas dasar itu, sebagai sebuah negara perlu adanya kerja secara kolektif untuk memajukan dunia pendidikan di Indonesia agar dapat terlepas dari cangkraman kemiskinan, kebodohan dan ketertinggalan sehingga mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia yang sudah sangat bersaing dalam mengembangkan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan. Racikan-racikan konsep yang matang dalam dunia pendidikan Indonesia menjadi sebuah keseharusan yang perlu dirancang oleh pemerintah Indonesia agar apa yang menjadi cita-cita bangsa yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 perihal mencerdaskan kehidupan bangsa dapat diwujudkan.

Perubahan kurikulum

Dalam dua periode atau sepuluh tahun kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden Indonesia ada tiga bentuk kurikulum yang berlaku, yaitu pada tahun 2004 Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), tahun 2006 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan terakhir pada tahun 2013. Di awal era pemerintahan baru Jokowi-JK juga menghadirkan sebuah gebrakan baru dalam menangani persoalan pendidikan di Indonesia, yaitu dengan merubah kembali kurikulum yang berlaku sejak tahun 2013 kembali kepada kurikulum tahun 2006.

Menteri Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah, Anies Baswedan menjelaskan alasan mengapa kurikulum 2013 dihentikan dan dikembalikan kepada kurikulum yang berlaku pada tahun 2006 dikarenakan kurikulum tahun 2013 dirasa membebani guru dan murid karena belum berjalannya evaluasi kurikulum 2013. Anies Baswedan mengatakan bahwa sebelum diterapkan di setiap sekolah yang ada di Indonsia perlunya dilakukan evaluasi terlebih terkait dengan konsistensi ide dan desain, konsistensi desain dengan materi ajar serta dampaknya yang belum terlihat. Menurutnya, kurikulum merupakan kesatuan produk yang selalu disiapkan secara matang sebelum diterapkan disetiap sekolah-sekolah.

Perubahan-perubahan kurikulum ini menyita perhatian khusus bagi dunia pendidikan. Sebenarnya kurikulum tahun 2006 itu sendiri juga terdapat rasa keraguan didalamnya dikarenakan lahir juga secara premature bahkan ada olokan dari kata KTSP itu sendiri yang dikeluarkan oleh orang-orang yang pesimistis terhadap kurikulum ini yaitu Kurikulum Tidak Siap Pakai. Yang menjadi persoalanya ketika itu adalah seberapa banyak guru yang kreatif dan siap dalam spirit perubahan zaman yang disyaratkan dalam KTSP dan kesan tergesa-gesa seperti itu juga terjadi pada kurikulum 2013.

Perubahan kurikulum 2013 ke 2006 ini diharapkan benar-benar sebagai solusi efektif dalam menghadapi persoalan didunia pendidikan kita saat ini. Jangan sampai ini hanya sebagai alat untuk mencari eksistensi pemerintahan semata dengan cara melakukan perubahan terhadap kurikulum sehingga pemerintah dianggap memiliki perhatian di dunia pendidikan. Karena kita harus sadar bahwa pendidikan yang baik merupakan investasi yang tidak ternilai untuk kemajuan bangsa, maka untuk menstandarkan materi-materi pendidikan yang diberikan dalam sekolah mempunyai kurikulum yang harus disusun oleh pemerintah sebagai pedoman sistematis yang wajib dilaksanakan bagi institusi-institusi pendidikan Indonesia dalam materi pelajaran. Dengan begitu penyusunan kurikulum yang tepat sangatlah krusial untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Dengan perubahan kurikulum kembali ke kurikulum tahun 2006 harus disertai perbaikan-perbaikan yang dirasa perlu dilakukan mengingat perubahan sebelumnya ketahun 2013 tentu ada alasan tertentu dari pemerintah sebelumnya namun karena pelaksanaan yang tergesa-gesa tanpa dilakukan evaluasi terlebih dahuluharus dihentikan. Dengan adanya kurikulum yang matang diharapkan dunia pendidikan akan lebih baik dan menghadirkan manusia-manusia yang intelektual yang dapat membangun Indonesia kedepannya. Dengan dunia pendidikan yang maju diharapkan harkat dan martabat bangsa akan terangkat menjadi lebih baik, karena kita juga harus menyadari bahwa bangsa yang besar dan bangsa yang maju adalah bangsa-bangsa yang juga maju di dunia pendidikan.

Pendidikan karakter mengatasi disintegrasi moral

Persoalan dunia pendidikan tidak hanya terletak dari matang atau tidak matangnya kurikulum yang diterapkan namun juga terletak kepada perilaku murid yang dihasilkan oleh pendidikan yang mereka terima. Aspek perilaku merupakan aspek yang sangat penting untuk diperhatikan mengingat zaman yang semakin bebas dan tidak adanya ruang pembatas menjadi sebuah kekhawatiran terhadap perkembangan perilaku pelajar dalam menjalani kehidupan sosial kemasyarakatan.

Dewasa ini dapat kita lihat bahwa banyaknya para pelajar yang melakukan tindakan yang tidak lagi berada dalam koridornya sebagai seorang kaum terpelajar. Beberapa kasus itu diantaranya pem-bully-an yang terjadi pada siswa SD di salah satu kota di Sumatera Barat, dan juga ada kasus siswa yang tertangkap sedang melakukan tindakan asusila serta tawuran antar siswa yang terjadi diberbagai daerah, tidak masuk sekolah pada saat jam pelajaran dan berbagai persoalan lainnya yang sebenarnya menyangkut karakter dan perilaku pelajar tersebut.

Menghadirkan pendidikan karakter dalam dunia pendidikan Indonesia menjadi suatu keseharusan mengingat banyaknya terjadi tindakan-tindakan yang memperlihatkan terjadinya disintegrasi moral dikalangan pelajar. Pendidikan yang diberikan terhadap siswa disekolah tidak hanya menyangkut tentang pengetahuan umum semata, tapi juga tentang pola sikap dan perilaku mereka sebagai siswa. Mengarahkan pola pikir dan perilaku untuk hidup dan bekerja sama baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa maupun negara.

Dalam pendidikan karakter haruslah memiliki sebuah metode yang dapat mencapai tujuan dari pendidikan itu sendiri. Diantara beberapa metode yang bisa mendapat perhatian adalah metode keteladanan, metode kebiasaan dan metode hukuman. Sebagai mana metode keteladanan merupakan sebuah metode yang memperlihatkan contoh yang baik kepada siswa, baik dari guru kesiswa maupun antar siswa. Metode kebiasaan merupakan pembiasaan kegiatan-kegiatan yang baik secara berkelanjutan kepada siswa agar nilai-nilai yang baik dapat tertanam dalam perilaku siswa tersebut. Sedangkan metode hukuman adalah sanksi yang harus diterima ketika melakukan kesalahan. Metode hukuman ini sebenarnya mendapat kontroversi apakah masih sesuai dengan zaman sekarang atau tidak. Namun harus dipahami bahwa pemberian hukuman terhadap siswa sebenarnya baik dikarenakan siswa dapat mengetahui kesalahan-kesalahan apa yang tidak boleh dilakukan terlebih menyangkut aspek moral dan perilaku. Ketika siswa dibiarkan saja apabila melakukan kesalahan maka kesalahan itu akan terus terulang kembali dan akan menjadi kebiasaan karena tidak ada bentuk peringatan dan hukuman yang diterimanya, namun sungguhpun demikian pemberian hukuman haruslah diiringi dengan penanaman nilai-nilai terkait kesalahan apa yang dilakukan, mereka tidak hanya sekerdar diberi sanksi terus dibiarkan saja, itu akan melahirkan jiwa pemberontakan dalam diri siswa yang mendapat hukuman tersebut.

Dengan perpaduan pengembangan ilmu pengetahuan umum dan pendidikan moral diharapkan menjadi sebuah jawaban atas persoalan yang terjadi didunia pendidikan saat ini. Krisis intelektual bermoral diharapkan dapat diatasi dengan pengembangan ilmu pengetahuan umum yang dipadukan dengan pendidikan karakter. Sehingga para pelajar dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang seluas-luasnya serta memiliki karakter yang menjadi identitasnya sebagai bangsa Indonesia. Jika intelektul bermoral itu telah hadir diyakini akan menggunakan ilmu pengetahuannya untuk kebaikan bangsa dan bernegara dan membawa Indonesia ini menjadi negara yang maju namun tetap memiliki karakter Indonesia sebagai identitas dari bangsa Indonesia itu sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun