Mohon tunggu...
Muslihudin El Hasanudin
Muslihudin El Hasanudin Mohon Tunggu... jurnalis -

journalist and more

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Ayam Pengemis, Legenda Kuliner Khas Hangzhou

19 Januari 2017   15:38 Diperbarui: 19 Januari 2017   21:49 2773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ini ni bentuk ayam pengemis (foto dindin)

“Buka saja” pinta Ahsan

Saya bergegas membuka bungkusan yang berisi ayam tersebut. Bentuknya mirip seperti ayam ungkep atau rasulan di Jawa. Hanya beda  cara memasaknya. Menurut Ahsan cara memasak ayam pengemis yakni  ayam  direndam dalam aneka bumbu,  kemudian dibungkus dengan plastik agar kuah tetap terjaga, lalu dibungkus dengan daun teratai,  terakhir  dibungkus dengan alumunium foil. Setelah itu, ayam  dipanggang selama beberapa jam, agar bumbu-bumbunya meresap hingga ke lapisan terdalam daging. Disamping itu  juga agar tekstur  tulangnya lembut dan  lunak seperti dipresto.

Asal mula ayam pengemis   konon dulu di Hangzhou, ada seorang pengemis yang karena lapar mencuri ayam milik penduduk.  Ia berniat memasak ayam curian tersebut tetapi tidak punya kuwali. Karena takut ketahuan akhirnya ayam dibungkus pakai daun teratai, kemudian dilumuri tanah liat dan dibakar.

Tidak disangka ternyata rasanya sangat lezat. Dan  konon harum aromanya masakannya   tercium sampai kemana-mana. Syahdan lewat seorang pemilik rumah makan terkenal di Hangzhou. Sang pengemis kemudian diminta menjadi koki di rumah makan tersebut. Sejak disajikan menu ayam olahan sang pengemis , rumah makan  itu menjadi ramai dikunjungi pembeli. Versi lain, ia diangkat kaisar menjadi juru masak istana. Mana yang betul, saya tidak tahu.

Tapi jujur  soal rasa, kemasyhuran lezatnya  ayam pengemis hanya legenda. Menurut saya jauh lebih dahsyat lezatnya   pecel lele dan ayam goreng Lamongan yang bisa kita dapatkan dengan mudah di pinggir-pinggir jalan, takperlu jauh-jauh ke Hangzhou. Hehe. (Muslihudin el Hasanudin).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun