Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Wisata Berkelanjutan dan Mimpi Indah Cagar Biosfer Mandalika Lombok

18 November 2021   13:00 Diperbarui: 18 November 2021   13:06 946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mimpi sederhana saya, semakin banyak latar hijau di DSP Mandalika. Dokpri

Mari bermimpi setinggi langit, toh saat terjatuh, kamu jatuh di atas gumpalan empuk awan.

Kalimat yang otomatis terlintas, ketika saya memulai ulasan ini dengan judul di atas. Beruntung, sebagian trip saya sebagai seorang kompasianer, benar banyak titik di Mandalika serta Lombok yang pantas disematkan 'jabatan megah' -- sebagai titik-titik biosfer.

Biosfer adalah kata yang bermakna, 'Bio' sebagai 'hidup' dan 'Sphere' berarti 'lapisan'. Parafrase bebas berikutnya -- yang menurut saya sedikit estetik, adalah satu  lapisan di atas bumi yang memberikan jaminan kehidupan bagi semua mahluk di atasnya. Mahluk yang mana? Saya dan Anda sebagai manusia, serta flora, fauna pun mikroorganisme lainnya.

Teluk Tunak, pintu masuk TWA Tunak. Dokpri
Teluk Tunak, pintu masuk TWA Tunak. Dokpri
Baru saja kemarin, Rabu (17/11, 2021) saya meliput event di kawasan TWA (Taman Wisata Alam) Tunak. Area yang masih masuk dalam kawasan KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) Mandalika, di Lombok Tengah (Loteng). Di rangkaian acara yang melibatkan 54 negara pelaku biosfer inilah, frase 'Cagar Biosfer Dunia' tercetus. Saya mengamininya. Terutama ketika di TWA Tunak melihat sendiri 46 ekor rusa Timor, seekor elang, ratusan jenis pohon, penangkaran kupu-kupu, ular dan tukik ('bayi' penyu).

Kunjungan yang mulai tak terhitung, karena segarnya oksigen di kawasan konservasi ini. Di pintu masuk utama, terdapat satu cottage (Tunak cottage) dengan pemandangan laut dan langit serba biru, latar perbukitan hijau dan kicauan beragam jenis burung di setiap pagi. Surga Wonderful Indonesia.

Lalu, Pantaskah Mandalika dan Lombok Sebagai Cagar Biosfer Dunia?

Sedihnya, masih 'Jauh Panggang Dari Api'. Doa baik serta positif yang terkandung di 'Cagar Biosfer Dunia', terjawab baru di titik-titik spesifik. Sebagian yang bisa saya bagikan, diantaranya:

Air Terjun Benang Kelambu

'Buat apa sih, benang biru kau sulam jadi kelambu'. Salah satu lirik lagu dangdut yang pernah viral pada masanya. Di Air Terjun Benang Kelambu, kemunculan fenomena air birunya tidak sesering di pantai-pantai cantik Mandalika Lombok. Namun, di momen terbaik, curah air yang muncul dari sela-sela tanaman rambat, melebar bak kelambu, menutupi dinding alam yang tertutup hijau pekat dedaunan tanaman rambat. Surga berikutnya. Salah satu spot yang selalu memiliki sisi viral, kapan pun ia diunggah di sosial media. Alasan untuk berwisata, sebenarnya cukup di Indonesia Aja.


Seperti di dua minggu terakhir. Air terjun seolah Benang Kelambu, mendadak hadir di salah satu jalur pendakian Gunung Rinjani, tepatnya di Torean. Deretan bukit di kiri kanan jalur, hijau oleh rumput yang telah basah berkat debit curah hujan yang tinggi, mengalirkan air seputih kristal di banyak labirin tebingnya. MashaAllah. Kini saya bisa paham, mengapa salah seorang teman menangis saat melihat video cantik ini. Juga seperti linangan airmata Mbak Uki,  The Slacker Hiker. Mbak Uki tidak terharu saat capai Puncak Anjani Rinjani di tengah badai Lenticular. Matanya basah, saat lewati jalur Torean.

Benang Kelambu, sekitar tiga jam berkendara pp dari KEK Mandalika. Pernah menjadi venue dari event APGN (Asia Pacific Geopark Networks) 2019. Dari para expert event ini, banyak yang jadi tahu, jenis air terjun Benang Kelambu hanya ada dua saja se-dunia.

TWA Tunak

Kawasan konservasi yang dikelola BKSDA NTB ini, kini berada di lahan seluas 1.217,91 hektar berdasarkan SK Menhut no. 598/Kpts-II/2009. Fasilitas atau akomodasi yang terbangun, masih di bawah batas maksimal pengelolaan lahan yakni di angka 10%. Hitungan awam saya, masih ada sekitar 1000 hektar  lahan konservasi yang eksis. Masih pula di logika awam saya, oksigen menyegarkan dari TWA Tunak-lah, yang kerap menjadi sebagian angin surga saat berpanas-panas di salah satu sudut DSP (Daerah Super Prioritas) Mandalika atau mungkin di tribun penonton lomba balapnya.

Letterboard TWA Tunak di teluk dengan laut & langit serba biru. Dokpri
Letterboard TWA Tunak di teluk dengan laut & langit serba biru. Dokpri

Penangkaran 46 ekor Rusa Timor di TWA Tunak. Dokpri
Penangkaran 46 ekor Rusa Timor di TWA Tunak. Dokpri

TNGR Rinjani

Dulu, pendaki bisa nge-camp sampai sebulan di Danau Segara Anak. Cukup berbekal beras dan garam, bahan segar sambal yang tumbuh subur dan ikan air tawar di danau yang siap jadi lauk, sangat cukup jadi modal survive para pendaki anti-mainstream ini. Sekarang? TNGR  telah menegakkan aturan pendakian hanya boleh 3D2N. Aturan ini hanya menyempatkan para pendaki berada di Gunung Rinjani dalam waktu terbatas. Satu keharusan, mencegah kerusakan lahan dan secara umum menjaga kawasan Rinjani sebagai titik biosfer Lombok yang lestari selama mungkin.

Salah satu foto pagi saya di kawasan TNG Rinjani. Spot badai Lenticular dan purnama tampak samar. Dokpri
Salah satu foto pagi saya di kawasan TNG Rinjani. Spot badai Lenticular dan purnama tampak samar. Dokpri

Upaya Menjadikan Mandalika Lombok Cagar Biosfer Dunia

Saat ini, Mandalika sedang bersiap dengan event skala dunia berikutnya. WSBK (World Superbike) 2021, yang akan mulai digelar besok. Jumat sampai Minggu, 19, 20 dan 21 Nopember 2021. Pembangunan massif terus berlangsung. Total 1.035,67 hektar lahan yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia ini, masih belum berhenti dari rupa-rupa polesan.

Akhirnya merasakan langsung euforia menjadi penonton di tribun. Sedihnya, pas di race IATC yang batal, Minggu (14/11, 2021). Dokpri
Akhirnya merasakan langsung euforia menjadi penonton di tribun. Sedihnya, pas di race IATC yang batal, Minggu (14/11, 2021). Dokpri

Salah satu spot DSP Mandalika yang telah terbangun sejak awal. Masih menyisakan letterboard Kuta di bagian bawahnya. Dokpri
Salah satu spot DSP Mandalika yang telah terbangun sejak awal. Masih menyisakan letterboard Kuta di bagian bawahnya. Dokpri

Syukurlah. Di beberapa sudut, misalnya kompleks Masjid Nurul Bilad, tampak rindang di sana-sini dan menjadi AC alami yang menyegarkan. Meski tentu saja mustahil mendapatkan kesegaran seperti di Benang Kelambu atau Torean Rinjani. Namun, lambaian daun kelapa hijau, tampak segar meski berlatar beragam mesin dan kendaraan besi yang tengah sibuk. Baik di dalam kawasan Pertamina Mandalika International Street Circuit.

Di titik inilah, wisata berkelanjutan (Sustainable Tourism) bisa dilakukan. Ideal dan dalam masa yang panjang, semoga bisa mewujudkan Lombok sebagai Cagar Biosfer Dunia. Minimal, menjadi kawasan penyangga biosfer, serta satu spot sirkuit yang anti-mainstream. Panas di dalam sirkuit balapnya, namun berlatar bentang hijau perbukitan di sekelilingnya, serta laut dan langit biru dengan udara khas Samudera Hindia.

Wisata Berkelanjutan Mandalika, Spot Penyangga Cagar Biosfer Rinjani

Hanya ada dua point utama, yang menurut saya bisa dianggap sebagai langkah awal Mandalika  menjadi satu kawasan penyangga Cagar Biosfer Rinjani.

Pertama, paket wisata menanam pohon. Paket wisata ini cenderung popular di kawasan-kawasan konservasi. Bisa mewujudkan di KEK Mandalika, akan menjadi satu tonggak kepedulian lingkungan yang penting. Kami di Lombok, masih banyak menyimpan shock mendalam atas banjir bandang di awal tahun ini, di Kuta Mandalika -- nama sebelumnya. Kasus yang diharapkan tak berulang, karena jalur-jalur air  semakin massif dibangun dan mulai terlihat berfungsi di sana sini.

Deretan bus support WSBK berteduh di pepohonan rindang kompleks Masjid Nurul Bilad. Dokpri
Deretan bus support WSBK berteduh di pepohonan rindang kompleks Masjid Nurul Bilad. Dokpri

Katalog 'identitas' pohon di TWA Tunak. Bisa menjadi penanda nama wisatawan yang membeli Paket Wisata Menanam Pohon. Dokpri
Katalog 'identitas' pohon di TWA Tunak. Bisa menjadi penanda nama wisatawan yang membeli Paket Wisata Menanam Pohon. Dokpri

Jadi, menyelipkan 2 sampai 3 jam aktifitas menanam pohon, menamai pohon tersebut dengan nama wisatawan itu sendiri, akan mengundang mereka untuk kembali berkunjung ke Mandalika Lombok. Mungkin dengan mengajak keluarga lainnya, menanam pohon juga, lalu cerita kunjungan berulang, terputar kembali. Satu orang wisatawan, telah menjadi pelaku aktif wisata berkelanjutan. Hanya demi melihat apakah pohon yang ditanamnya sungguh telah tumbuh dengan baik. Pelibatan aktif masyarakat setempat, di satu sisi memberdayakan mereka secara ekonomi, di sisi lainnya juga menularkan 'virus' cinta lingkungan yang lebih segmented sekaligus bertarget masa panjang.

Kelompok masyarakat setempat, wisatawan penanam pohon, bisa menjadi embrio dari barisan besar penanam, perawat, serta penjaga ratusan jenis pohon. KEK Mandalika menjadi titik awal, Desa Sengkol dan desa-desa sekitarnya lantas bisa bergerak pula menjadi satu kawasan peyangga biosfer.

Kedua, membudayakan perilaku membuang sampah pada tempatnya. Hexahelix kepariwisataan NTB secara umum, DSP Mandalika secara khusus, saya yakin telah melakukan sejuta satu cara terkait pengelolaan sampah. Ujian terberatnya, banyak dari kami yang warga asli Lombok, sangat suka membuang sampah persis di tempat manapun kami berdiri. Presisi, persis di antara dua kaki.

Satu bak sampah besar dengan warna mencolok, di halaman  Masjid Nurul Bilad. Dokpri
Satu bak sampah besar dengan warna mencolok, di halaman  Masjid Nurul Bilad. Dokpri

Sebagian yang telah mampu memiliki kebiasaan baik mengelola sampah, apalagi sampah plastik, sekelompok kecil masyarakat di beragam komunitas. Paling sering ya komunitas pencinta lingkungan. Di satu sisi, sebenarnya, bak-bak sampah raksasa (bandingkan dengan standar bak sampah di hotel, misalnya) telah disediakan di spot-spot publik di KEK Mandalika. Jadi, ayo dong. Kalau memang sedang punya sampah yang harus dibuang, lihat dulu ke sekitar, cari tempat sampah, berjalanlah sebentar lalu buang ke tempat sampah. Belum ketemu bak sampah? Simpan dulu sebentaaarr saja di kantong Anda, lalu nanti buang di tempatnya saat sudah ketemu bak sampah.

Cagar Biosfer Rinjani dan Wisata Berkelanjutan Mandalika

Rujukan di web PIKA KASDAE, cagar biosfer di Lombok berada di Rinjani, satu dari 3 cagar biosfer di Indonesia, dari total 24 cagar biosfer baru dunia yang ditetapkan melalui The 30th International Coordinating Council of the Man and the Biosphere Programme, diselenggarakan UNESCO di Palembang, (23 s.d.28 Juli, 2018).

Saya berharap, di KEK Mandalika, ada pula katalog informasi pohon. Dokpri
Saya berharap, di KEK Mandalika, ada pula katalog informasi pohon. Dokpri

Kawasan TN Gunung Rinjani yang terletak di Pulau Lombok merupakan daerah bergunung-gunung dengan ketinggian antara 500-3.726 m dpl. Daya tarik utamanya adalah pendakian puncak Gunung Rinjani, Danau Segara Anak serta Desa Adat Senaru dan Air Terjunnya. 

Sisipan foto, Pulau Kenawa, spot yang bisa dikunjungi.Dokpri
Sisipan foto, Pulau Kenawa, spot yang bisa dikunjungi.Dokpri

Rinjani dan Mandalika -- di Lombok Timur dan  Tengah, dua magnet wisata unik Lombok. Balap motor dan pendakian gunung. Dua hobiis mahal. Jadi, paket wisata menanam pohon, akan terhitung  murah bagi mereka. Tapi lihat efek jangka panjang dan idealnya. Meski terlalu muluk dan indah, saya ingin mengajak Anda bermimpi. Entah kapan, KEK Mandalika (mungkin dengan menambahkan TWA Tunak didalamnya) menjadi spot baru Cagar Biosfer baru Dunia. Kalau pun gagal, saya dan Anda mendarat di gumpalan awan nan empuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun