Mohon tunggu...
Bambang Syairudin
Bambang Syairudin Mohon Tunggu... Dosen - Bams sedang berikhtiar untuk menayangkan Puisi: Rencana Merinci ADA. Semoga bermanfaat. 🙏🙏

========================================== Bambang Syairudin (Bams), Dosen ITS ========================================== Kilas Balik 2023, Alhamdulillah Peringkat # 1 ========================================== Puji TUHAN atas IDE yang Engkau alirkan DERAS ==========================================

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sekelebat Cerpen: Mimpi Indah

2 April 2024   08:00 Diperbarui: 2 April 2024   08:08 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi merupakan dokumen pribadi 

Sekelebat Cerpen |  Mimpi Indah

“In, bangun In, ini Bu Lik bawakan sarapan kesukaanmu,” terdengar suara Bu Liknya dari luar kamar.

“Nanti kalau sudah sarapan mau tidur lagi gak apa-apa In...yang penting perut sudah terisi, “ Bu Liknya kembali mengajak bicara dengan Indah walaupun Indah masih enggan untuk membalasnya. Bu Liknya seolah yakin bahwa Indah sebenarnya sudah bangun tapi masih mager (malas gerak) dan mangom (malas ngomong).

“In, nanti keburu dingin sarapan kesukaanmu, Nasi Brobos dan Pindang Tetel,” begitu Bu Liknya menyebutkan nama Nasi Brobos dan Pindang Tetel, rasa lapar Indah langsung muncul dan segera ingin menikmatinya. Mager dan Mangomnya seketika hilang dan segera bangkit dari tempat tidurnya keluar kamar menemui Bu Liknya.

Di depan meja makan Indah memandang Brobos yang terbuat dari beberapa lapis daun pepaya yang ditumpuk dan digulung menyerupai bola. Di dalam gulungan pepaya terebut ada isian bumbu dan kacang-kacangan serta irisan daging kecil-kecil. Sebelum direbus gulungan yang berbentuk bola sebesar bola kasti tadi diikat dengan tali yang terbuat dari bilah bambu kecil menyerupai bentuk keranjang. Direbus sampai matang hingga warnanya menjadi hijau tua dan dalam keadaan basah, tak boleh sampai kadar airnya habis. Indah masih ingat ketika Ibunya mengajari Indah cara membuat Brobos. Kemudian mata Indah bergeser ke Pindang Tetel, Namanya pindang, isinya bukan ikan tapi daging terutama bagian babatnya yang paling Indah sukai. Bentuknya mirip Taoto, Taoto juga makanan khas Pekalongan.

“Beli di mana ini, Bu Lik?”

“Belinya di Pasar Kedungwuni, In. Tadi Bu Lik diantar Pak Lik ke Pasar Kedungwuni, In.”

“Kok jauh Bu Lik, apa di Pasar Babrik dan  Pasar Ngebrak nggak ada yang jual Bu Lik?”

“Sengaja Bu Lik carikan di langganan Bu Lik di Pasar Kedungwuni yang terkenal enak, In.”

“Terima kasih banyak ya Bu Lik?”

“Ya, In, silahkan dihabiskan saja, Bu Lik tinggal pergi dulu ya, In?. Tadi Bu Lik kepikiran karena sejak kemarin sepertinya Indah belum makan sama sekali.”

“ Ya, Bu Lik.”

Selesai sarapan, Indah tak beranjak dari kursi di depan meja makannya karena teringat mimpi Indah semalam. Padahal tadi malam Indah tak bisa tidur hingga tengah malam. Mungkin baru tertidur saat lingsir wengi, bergesernya tengah malam ke pagi. Indah, termasuk orang yang jarang bermimpi, juga tak mudah percaya dengan mimpi. Indah punya persyaratan yang sangat ketat terkait mimpi yang Indah akan percayai. Jika syarat tersebut tak terpenuhi, maka Indah langsung melupakannya. Bagi Indah, mimpi yang memenuhi syarat adalah mimpi yang mampu menampilkan seperti kenyataan, memiliki warna dan rasa seperti kasat mata, jalan cerita dalam mimpi tersebut harus jelas dengan bahasa yang jelas pula, bukan fragmen cerita atau pesan  yang patah-patah, lompat-lompat, kabur, abu-abu, dan tak nyambung.

Di dalam mimpinya tersebut, Indah merasakan sentuhan dari tangan ibunya yang memegang tangan Indah. Warna baju yang dikenakannya juga jelas terlihat. Ibunya nampak terlihat bersih. Aroma bau sabun mandi yang biasa beliau pakai ketika usai mandi juga bisa Indah rasakan. Sambil memegang tangan Indah dan memandang wajah Indah, beliau berpesan singkat. Isi pesannya merupakan jawaban dari keraguan Indah antara kembali dengan Mas Toni atau dengan Mas Bambang. Ibunya menyarankan agar Indah kembali kepada Mas Toni. Ketika dalam mimpi itu, Indah menanyakan tentang alasan Ibunya lebih memilih ke Mas Toni dari pada ke Mas Bambang, Ibunya dengan jelas memberikan alasan bahwa dengan kembali ke Mas Toni, Indah telah menolong keputus-asaan dari Mas Toni yang hanya mau berumah tangga dengan Indah, sekaligus menolong mengembalikan harapan Ayah dan Ibunya Mas Toni untuk bisa memiliki cucu dari pernikahan Mas Toni dan Indah. Bagaimana dengan Mas Bambang, mengapa Ibunya tidak memilih Mas Bambang? Dalam mimpinya itu Ibunya dengan jelas menjawab bahwa cintanya Mas Bambang kepada Indah sangat luas, tidak dibatasi harus memiliki Indah. Di akhir perpisahan dengan Ibunya di dalam mimpi tersebut, Ibunya berkata, “Percayalah Ibumu yang telah melahirkan kamu ya, Nduk, ya?”

Mimpi tersebut kemudian berakhir tanpa ada kesempatan lagi bagi Indah untuk mempertanyakan kenapa Indah harus mempercayai Ibunya walaupun ada penekanan kata-kata “Ibunya yang telah melahirkan kamu, Nduk”, sehingga pilihan Indah sekarang adalah pertama, jika percaya terhadap mimpi tersebut, maka pilihannya adalah kembali ke Mas Toni. Kedua, jika Indah tidak percaya pada mimpi tersebut, maka pilihannya adalah harus memecahkan persoalan keraguannya  tersebut dengan cara membahasnya lagi  dengan keluarga besarnya, dan dengan pihak-pihak yang telah terlanjur mendukung gugatan cerainya, serta dengan Mas Bambang.

(mimpi indah, 2024)

Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Mimpi Indah. Semoga bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun