Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Guru - M Musa Hasyim

Guru PPKn yang suka baca novel kritik sosial dan buku pengembangan diri. Sering menyukai sesuatu secara random.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyoal Aliansi BEM Jakarta yang Ternyata Gadungan

6 April 2020   19:24 Diperbarui: 8 April 2020   10:33 1712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: tribunnews.com

Saya tak habis pikir, apa yang merasuki aliansi BEM Jakarta sehingga menyelenggarakan konferensi pers dadakan di Kebayoran Baru Jakarta Selatan (4/4) tentang Covid-19. 

Bukan murni tentang Covid-19 yang dibicarakan mereka yang mengaku perwakilan resmi BEM, akan tetapi lebih ke arah politik. Judul di sebuah banner di belakang mereka sih Covid 19: Lockdown "Solusi atau Politisasi" namun isi pernyataan mereka yang mengaku aliansi BEM Jakarta malah lebih politis dari sebuah Covid-19.

Bagaimana tidak, mereka mengaku berasal dari perkumpulan BEM se-Jakarta dan menyatakan ketidaksetujuan akan fasilitas hotel mewah Grand Cempaka Jakarta yang disediakan Anies Baswedan kepada tenaga medis yang berjuang mengobati pasien Covid-19.  

Sialnya, mereka menyebut hotel tersebut sebagai hotel bintang lima padahal kalau lihat di penelusuran hanyalah sebuah hotel bintang empat. Itu artinya mereka menyampaikan informasi sesat dan tidak menyaringnya lebih teliti. Meski beda satu bintang, itu sudah agak berlebihan. 

Fasilitas hotel bintang 5 untuk tim medis dinilai berlebihan. Lantas apakah itu menjamin bahwa masyarakat Jakarta tidak terinfeksi virus Corona karena belum meratanya tindakan pencegahan dari Gubernur Jakarta terkait virus Corona  di kalangan masyarakat menengah ke bawah, kata Yazid Albustomi salah satu perwakilan aliansi BEM yang menjabat sebagai Presiden Mahasiswa Stikes Binawan.

Mereka yang datang seolah-olah merepresentasikan kampusnya karena mereka memakai jaket almamater, namun tak terlihat almamater UI, UNJ dan UIN Jakarta saat konferensi pers berlangsung. Setelah konferensi pers tersebut kadung viral, jejak digital pun berkata lain.

Beredar sebuah surat edaran BEM UMJ dan Universitas Trilogi. Dalam surat edaran itu, BEM UMJ menyatakan bahwa tidak ada bentuk komunikasi yang dilakukan oleh aliansi BEM Jakarta dengan internal BEM yang masih aktif. Itu artinya presiden BEM UMJ yang mengikuti konferensi pers bukanlah BEM UMJ yang masih aktif. Menurut kabar yang tersiar, mahasiswa yang datang saat konferensi pers dari UMJ tersebut sudah lulus alias sudah tidak terikat lagi dengan BEM UMJ.

Begitu pula dengan BEM Universitas Trilogi. Di mana pihak yang menghadiri konferensi pers adalah demisioner Ketua BEM 2018. Bayangkan 2018! Itu artinya pihak tersebut tidak bisa dikatakan mewakili aliansi BEM Jakarta kecuali kalau narasi mereka diganti dengan aliansi alumni BEM Jakarta.

Sumber: twitter @bemtrilogi
Sumber: twitter @bemtrilogi

BEM Universitas Trilogi juga mengimbau agar masyarakat tidak terprovokasi dengan narasi yang disampaikan aliansi BEM Jakarta dan sama sekali tidak mewakili Universitas Trilogi. Mana ada universitas yang terlibat politik, akademisi harus netral dan tidak memihak.

Di tengah wabah Covid-19 yang semakin parah ini, harusnya tindakan konferensi pers sepihak itu di setop terlebih dahulu. Cara tersebut bukan malah menyelesaikan masalah namun malah menambah masalah di dalam masalah.

Harusnya aliansi BEM Jakarta gadungan itu bergerak aktif bukan cuman ngomong di depan publik. Contohlah BEM Universitas Indonesia yang membagikan masker dan hand santizer gratis kepada warga atau jika ingin merasakan langsung penangganan Covid-19 di wisma atlet Kemayoran maka jadilah relawan di sana. Apakah mereka bisa bertahan dan kuat? Atau mereka akan angkat tangan karena tidak tahan.

Inilah yang dialami tenaga medis. Mereka berjuang mempertaruhkan nyawa. Lalu dengan mudahnya aliansi BEM Jakarta gadungan mengkiritk tanpa memberi solusi. Atau jangan-jangan mereka dibayar seseorang? Karena narasi yang disampaikan sangat menyudutkan Gubernur Jakarta.

Saya bukanlah pendukung Anies Baswedan namun bukan berarti saya menampik usaha kerasnya selama ini. Meski masih banyak kekurangan, setidaknya berilah support dengan ikut terlibat langsung. Kalau tidak bisa ikut terlibat langsung setidaknya menjaga mulut dan jari agar keadaan tidak semakin keruh. Jakarta sudah dengan Covid-19, jangan malah bikin keruh lagi.

Kini kita tinggal tunggu permintaan maaf dari aliansi gadungan itu. Kalau mereka tidak mau meminta maaf maka sanksi sosial lebih sadis bahkan satu persatu warganet ini mengincar akun masing-masing perwakilan BEM Jakarta yang hadir sebagaimana yang terlihat di Twitter. Untuk apa? Sepertinya untuk mendesak, menantang aksi nyata, menghujat dan mengkritik balik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun