Mohon tunggu...
Penaku
Penaku Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anak-anak Pelosok Negeri

Menulis adalah Bekerja untuk keabadian. Awas namamu akan abadi dalam tulisannya

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Warna-warni Metropolitan

1 Februari 2022   20:50 Diperbarui: 1 Februari 2022   20:57 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kota malam. Gambar via Pixbay

Megah metropolitan dengan segala pernak-perniknya
hamparan gedung pencakar langit
dengan kontur aneka tajuk
hiruk pikuk tak pernah henti siang-malam

Warna-warni kota menerangi gulita
perputaran kehidupan silih berganti
suara bising sudah menjadi konsumsi sehari-hari
udara menjerit, air mengkerut, tanah pijak jadi pegal dihuni jutaan jiwa

urbanisasi tak pernah jeda
pamor metropolitan masih menjadi labuan
pelarian nasib meninggalkan kampung halaman, ironinya justru linglung hendak ke mana tuk berjalan

Gaya hidup setinggi langit
sementara pinggiran berusaha mengais pundi-pundi di tempat lalat berkerumun mencari makan
tikus-tikus mengotori jalanan bersih
berlindung di bawah kecekatan langkah tapi satu persatu tertangkap jua

warna-warni kota tak selalu indah
tempat tersembunyi selalu menjadi tempat tidur yang sedikit nyaman meskipun dengan terjaga
harap para anjing itu tak mencium jejak mereka, sebelum kembali diobrak-abrik

metropolitan adalah tempat segala rupa
tatanan prasarana kota selalu menjadi prioritas tapi banyak tak tuntas
sementara sosial ke bawah tak muluk-muluk, mereka cuman ingin tidur dengan nyaman dengan perut kenyang

Musafar Ukba, 1 Februari

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun