Mohon tunggu...
Musaafiroh el Uluum
Musaafiroh el Uluum Mohon Tunggu... Penulis - Sang Pengembara dari Pesantren

Tak sekedar memandang awan berarak Juga bukan sekedar mereguk kopi hitam yang enak Tapi... Musaafiroh el-'Uluum

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sambungan...

11 Juni 2019   10:54 Diperbarui: 11 Juni 2019   11:00 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Pagi yang sangat cerah, secerah dan sesejuk suasana Desa Kahuripan Asri. Desa yang kebetulan menjadi tempat bersemayam dua manusia unik seperti Sholeh dan Sholah. Mentari telah memendarkan pesona semburat cahayanya, namun kemilau embun pagi enggan beranjak dari tempat persinggahannya. Alunan indah burung camar iringi seribu langkah para pekerja menjemput rezeki halal yang telah disiapkan jauh sebelum kehadiran mereka, bahkan jauh sebelum tanah yang mereka jajaki ini diciptakan. Senyum ceria terpancarkan di wajah berseri mereka menandakan siapnya menyambut penyematan kemuliaan kepada pekerja keras seperti mereka. Demi sesuap nasi. Demi harga mati kehidupan keluarga mereka. Demi cita-cita tinggi mereka. Demi harapan indah mereka. Dan demi meraih ridho-Nya. Walau kepala jadi kaki, kaki jadi kepala. Yang penting halal.

            Hari ini, Sholeh dan Sholah berada di masjid. Sedang gotong royong. Diundang  katanya. Hah.. diundang? Gotong royong pakek diundang segala?. Sampek di sana, eh ternyata mereka diundang buat masang cctv. Apaan? Cctv?. Buat apaan?.

"Assalamu'alaikum..." Sapa seseorang yang ternyata pak RT

"Wa'alaikumussalam.." Jawab mereka bersamaan.

"ah.. kebetulan mas Sholeh dan mas Sholah udah datang"

"Hehe.. iya pak."


"Maaf mengganggu, ini demi keamanan masjid di desa kita" Sholeh yang dari tadi mulutnya mangap-mangap pengen bertanya perihal cctv pun tak jadi karena telah terjawab oleh pak RT.

Tanpa pikir panjang Sholeh pun bergegas mengambil tangga dan menyandarkannya pada dinding sebelah pintu. Sholah yang bisa membaca kondisi tahu harus berbuat apa. Ia segera menaiki tangga tersebut dan menerima uluran seperangkat cctv yang kemudian dipasang tepat di atas pintu utama masjid. Cctv pertama berhasil dikerjakan. Sekarang Sholeh memindahkan tangganya ke sisi lain. Dan Sholah pun menyelesaikan dengan sangat baik. Pemasangan terakhir dilakukan di tiang teratas gerbang masuk halaman masjid. Untuk cctv yang ini pemasangannya agak rumit. Entah kenapa sedari tadi kabelnya tak mau nurut padanya. Hingga tak terasa waktu pun mendekati dhuhur. Tampak Mbah Sadrun menaiki anak tangga hendak memasuki area masjid untuk mengumandangkan adzan dhuhur.. Umurnya hampir 90 tahun. Tapi energi dan suaranya tak diragukan lagi. Beliau sering adzan di masjid itu, bukan sering lagi hampir setiap waktu sholat tiba, beliaulah yang melantunkan adzan. Sebab, para pemudanya pergi bekerja. Sambil meneruskan langkah rigkihnya beliau menghentikan langkahnya dan berkata" Hati-hati nak..."  Sholah yang mengetahui itu mengacuhkannya, hanya Sholeh yang membalas sapaan Mbah Sadrun. ia terus saja memusatkan perhatian pada objek di depannya.

            "Allaahu akbar.. Allaahu akbar..." Terdengar kumandang adzan dhuhur dari speaker masjid itu. Sholah masih saja belum berhasil. Ia pun memutuskan turun tangga membenarkan kabel 'mbulet' itu.

"Udah tinggal aja bang.." Ujarnya pada Sholeh

"Beneran nih.." Tanya Sholeh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun