Mohon tunggu...
Murni Marlina Simarmata
Murni Marlina Simarmata Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Aro Gapopin

Menulis untuk mengasah disiplin berpikir

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Untung Berlipat Bisnis Jastip Domestik

17 Oktober 2019   13:25 Diperbarui: 17 Oktober 2019   17:12 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Tribunnews.com

Artikel sebelumnya telah memberi ulasan singkat bagaimana bisnis personal shopper menjelma menjadi bisnis dengan ceruk pasar lebih besar bernama jastip (jasa penitipan) yang kini tengah booming di Indonesia. Seorang teman yang telah menggeluti bisnis ini sejak 3 tahun lalu belum tertarik membuka jasa layanan pembelian barang dari luar negeri.

Baca sebelumnya: Habis Personal Shopper, Terbitlah Jastip

Tarif yang dia tetapkan sebagai balas jasa memang tak sebesar tarif yang ditetapkan para penyedia jasa pembelian barang dari luar negeri. Demikian juga profil ekonomi pelanggan. Pelanggan jastip luar negeri berkantong lebih tebal sehingga peluang mendapatkan bonus atas kepuasan terhadap layanan lebih besar, demikian pengakuan temanku yang juga narasumber artikel sebelumnya.

"Binis jastip domestik hanya 20 % enaknya" dengan wajah pura-pura serius dia mencoba membuat intermeso diskusi hangat kami. "Sisanya?" tanyaku tak sabar. "Sisanya, 80 % enak bangat" katanya sambil terkekeh.

Berbelanja dan mengirimkan barang antar daerah di dalam negeri tak serumit berbelanja barang di luar negeri dan memasukkannya ke dalam negeri. Selain itu, lanjut dia, dengan pemahaman lebih baik atas seluk beluk bisnis ini akan terbuka berbagai peluang untuk mengakumulasi keuntungan-keuntungan kecil menjadi pemasukan besar dan konsep sharing economy menjadi lebih nyata.

Diskon Berlapis
Keuntungan pertama bisnis ini sebagaimana telah disinggung sebelumnya, bersumber dari tarif layanan yang dibayar oleh para klien. Nominalnya memang tidak besar. Teman tadi mengaku tarif yang dia tetapkan berkisar antara Rp. 50 ribu -- Rp. 100 ribu per item barang. Berbagai faktor seperti volume (besar kecil) barang dan sebagainya menentukan besar tarif yang telah dipahami oleh semua kliennya.

Nominal tarif tersebut memang terlihat kecil, tapi dalam satu kali berbelanja ke mal dia bisa menyelesaikan 10-20 pesanan sekaligus. Mulai dari sepatu, tas, pakaian, jam tangan hingga kosmetik berharga jutaan dia gondol setiap kali keluar dari mal. Diskon yang diberikan oleh toko dia serahkan seluruhnya kepada klien karena informasi diskon tersebut turut dia sertakan dalam setiap unggahan gambar barang-barang di Instagramnya.

Tapi hampir semua klien memberikan sebagian diskon tersebut kepadanya. Sebagai contoh, dia menunjukkan sebuah jaket wanita bermerek Superdry Lucy Rookie Parka yang baru dia beli dari Grand Indonesia atas pesanan seorang klien. Jaket ori seharga lebih 2 juta Rupiah tersebut didiskon 25 % oleh toko. Klien kemudian hanya mengambil diskon 20 %, sisanya diberikan ke temanku itu. Kalau sekali belanja ada 5 orang klien yang memberikan diskon seperti itu, pembaca dapat menerka marjin keuntungan yang didapat teman tadi.

Tidak berhenti di situ saja, karena diskon berikut  datang dari penyedia jasa transaksi nontunai yang kini menjamur di tanah air. Dalam seminggu, teman tadi bisa melakukan top up hingga lebih 10 kali ke tiga dompet digital berlabel premium yang disedikan 3 perusahaan uang elektronik terbesar di Indonesia. Potongan harga dan cashback setiap kali bertransaksi dari ketiga perusahaan tersebut merupakan haknya penuh sebagaimana telah disepakati dengan klien.

Ketika mengirimkan barang-barang tersebut ke berbagai daerah sesuai alamat masing-masing klien, kesempatan mendapatkan untung lebih lanjut datang lagi dari penyedia jasa kurier. Sebagai pemegang loyalty card sebuah perusahaan besar penyedia jasa pengiriman, dia kerap mendapatkan layanan kiriman gratis (hasil penukaran poin).

Klien  tetap membayar biaya pengiriman sesuai dengan resi yang tertera di setiap barang kiriman. Selain itu, dia juga menunjukkan gambar sebuah kulkas di rumahnya yang dia terima sebagai hadiah lebaran lalu dari perusahaan jasa pengiriman tersebut.

Mengapa temanku mau berbagi cerita dan mendorong orang lain memasuki bisnis ini yang sesungguhnya akan meramaikan persaingan dan berpotensi merebut pasar yang kini dinikmatinya? Saya akan memberikan jawaban pada artikel berikut dalam ulasan bagaimana dia memulai dan menjalankan bisnis ini dan gagasannya tentang sharing economy yang lebih konkrit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun