Mohon tunggu...
Murni Rianti
Murni Rianti Mohon Tunggu... Pustakawan SMK Yudya Karya Kota Magelang

Membaca, menulis, traveling, berkebun, bertanam, kurator, olah raga jalan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mudik Dadakan

27 Maret 2025   06:49 Diperbarui: 27 Maret 2025   15:26 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagiku, mudik mempererat silaturahmi dengan keluarga, berbagi cerita, makan bersama, kumpul bersama. 

Bagaimana bagi seseorang atau keluarga yang tidak bisa mudik? Mencoba menawarkan ke seseorang yang kita inginkan.

 Satu pertanyaannya yang datang padaku --Mama, aku ngga bisa mudik. Terlalu mahal dan heboh untuk saat ini. Kalau Mama ke sini, bisakah? 

Penawaran ini, memangkas pengeluaran. Misal, memangkas makan selama mudik, oleh-oleh, transportasi. 

Kehadiran Ibu di rumah anak, tentu saja membuat anak senang, karena kehebohan mudik dapat dihindari. Namun, masih mampukah Ibu menjalankan perjalanan ini?? Ibu harus jujur dengan kesehatan dan kemampuan diri sendiri. Dipihak anak, anak harus bisa memaklumi dan mengerti kondisi kesehatan ibu saat ini.

Pagi itu, tak sengaja mendapat mudik gratis karena permintaan tadi. Meluncurlah kaki ini ke Jakarta. Mudik ke Jakarta? Yang lain pulang kampung, yang ini malah ke Jakarta. Kenapa tidak, kalau ada keluarga di sana, yuuuuk berangkat... 

Perjalanan ini dimulai dengan hemat plastik. Tiket tidak perlu dipikirkan, sudah ada yang bertanggung jawab. Tempat penjemputan dekat. Hanya di seberang rumah saja. 

Di tas cukup membawa wadah minum dan tempat jajanan untuk tempat tahu bacem dan tempe bacem di warung dekat agen. 

Botol minum dan tempat jajanan bawa dari rumah, foto dokpri
Botol minum dan tempat jajanan bawa dari rumah, foto dokpri
Perjalanan bisa dinikmati dengan sangat karena bus yang saya tumpangi berangkat pagi. Bonus mata memandang luas ke depan, karena mendapat kursi di depan. Jalan sepi -- malah bertemu dengan bis ber banner -- Mudik Gratis. 

Bus Mudik Gratis, foto dokpri
Bus Mudik Gratis, foto dokpri

Bus mudik gratis menuju Jakarta, tanpa penumpang. 

Dokpri
Dokpri
Tiba-tiba tercium asap rokok. Lama kelamaan pusing dan mual. Padahal sudah diingatkan dengan tulisan -- No Smoking. Mungkin dia tidak bisa membaca. 

Dokpri
Dokpri

Ada juga seseorang meletakkan kaki seenaknya di kaca. Padahal sudah diingatkan. 

Dokpri
Dokpri

Juga larangan cas powerbank. Jika ingin semua selamat, jangan mengecas powerbank  di dalam Bus. Apalagi powerbank abal-abal, serta powerbank kualitas rendah. Bisa menimbulkan panas berlebihan, akhirnya meledak.  Sistem kelistrikan di dalam bus, dirancang untuk perangkat kecil. 

Suasana ruang semakin pengap, untung berhenti untuk rehat. Rasanya badan ini masuk angin. Akhirnya -- berbuka saja. 

Dokpri
Dokpri

Kembali ke Bus setelah sejenak rehat,  bis kembali melaju tanpa hambatan. Tetapi suasana perut terlanjur tidak nyaman.. 

Niat awal -- selama bis berjalan, bisa sambil membuka dan menulis di Kompasiana. Ternyata, tidak sesuai dengan kenyataan. Komen menumpuk. Pending dulu ya... Nanti akan saya simak jika suasana badan sudah baik. 

Tiba saatnya bertemu padatnya mobil di Jakarta.

Dokpri
Dokpri

 Bersiap turun di tepi jalan. Menumpang tempat di Alfamart yang biasanya di teras alfamart disediaka kursi dan meja. 

Lanjut membuka grab, menulis alamat tempat yang akan ku singgahi. Langsung pesan, siap meluncur. 

Tujuan ku kini, segera sampai ke rumah lanjut mandi air hangat dengan garam  dan geprek sereh... Duuuuh enaknya... Mohon maaf belum sempat berbalas komen di Kompasiana..... Video di Pasar Bonpolo ternyata tidak terkirim... Nanti akan ku kirim jika badan sudah nyaman.... 

Sudah dulu ya...., grab sudah datang... 

Terima kasih, Kompasiana... 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun