Dalam situasi dimana sekolompok orang tidak bisa bertindak normal dengan tatanan sosial yang ada untuk melakukan penyimpangan hanya memerlukan kepemimpinan yang ditunjukkan dengan siapa yang memulai lebih dahulu.Â
Keikutsertaan seseorang dalam kerumunan atau acting crowd bukan tanpa peritmbangan, melainkan melalui pertimbangan rasional. Setelah sesorang dihadapkan pada situasi yang membingungkan, melihat perilaku beberapa orang dalam melakukan tindakan menyelamatkan diri atau melindungi diri mereka memiliki waktu untuk berpikir sejenak turut terlibat atau tidak[7].
Singkat pembahasan ini maka dapatditemukan bahwa ; petama, adanya situasi yang membingungkan atau confusing situation menjadi pemicu awal emosi demonstran yang terancam dalam RUU Cipta Kerja tersebut. Kedua, pemutar balikan informasi juga mempengaruhi emosional demonstran. Ketiga, akan terlihat munculnya norma baru dalam bentuk lonjakan massa yang berkumpul. Keempat, Â kerumunan massa tersebut menciptakan perilaku kolektif dalam menolak RUU Cipta Kerja yang telah disahkan..
Melalui pemahaman diatas dijelaskan tidak semua orang yang terlibat dalam perilaku konfilk memiliki alasan yang sama, maka akan ada beberapa kategori keikutsertaan mereka didalam demonstrasi, seperti halnya alasan keterlibatan ego, timbulnya keprihatinan, ketidak amanan (insecure) anggota kelompok jika tidak ikut terlibat didalamnya, Â rasa penasaran ingin melihat langsung atau sekedar mengekpolarasi rasa keingin tahuan.