Mohon tunggu...
Abdullah Muis
Abdullah Muis Mohon Tunggu... Guru dan Penulis

Sometimes love to read, write, and discuss things as well as travelling. Learn to Travel – Travel to Learn.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kalian adalah Bintang-bintang yang sedang Bersinar

25 April 2025   14:56 Diperbarui: 25 April 2025   14:56 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Mimpi (sumber foto: https://www.bola.com/ragam/read/4412164/35-kata-kata-bijak-tentang-mimpi-motivasi-selalu-bersemangat-meraih-cita-cita)

Pagi itu, matahari belum tinggi. Sinar lembutnya menyelinap masuk lewat jendela kelas 3 di Sekolah Terbaik, menyapa bangku-bangku kayu yang tersusun rapi. Di tengah suasana tenang itu, terdengar langkah kaki pelan, namun penuh wibawa. Seorang guru mengenakan batik rapi dan peci hitam masuk dengan senyum hangat.

"Assalamu'alaikum, anak-anak," sapanya.
"Wa'alaikumussalam, Pak Muis!" jawab serentak para murid, matanya berbinar-binar.

Ada sesuatu yang berbeda dari aura Pak Muis pagi itu. Beliau berdiri di depan kelas dengan penuh semangat, seperti membawa kabar besar dari negeri dongeng.

"Anak-anak," ujarnya sambil menatap satu per satu wajah polos di hadapannya, "hari ini kita tidak hanya belajar PAI, tapi juga belajar tentang sesuatu yang sangat penting dalam hidup: bermimpi dan bercita-cita."

Anak-anak mulai duduk tegak. Mereka tahu, kalau Pak Muis sudah bicara seperti itu, berarti akan ada kisah menarik.

"Dulu," lanjut Pak Muis, "Pak Muis juga anak kecil seperti kalian. Duduk di bangku sekolah yang sederhana. Tapi di dalam hati, Pak Muis punya satu mimpi besar: menjadi guru yang bisa menyentuh hati murid-muridnya. Banyak yang bilang, 'Ah, mana mungkin. Sekolah saja susah, hidup pas-pasan.' Tapi tahu nggak apa yang Pak Muis lakukan?"

Anak-anak menggeleng serentak.

"Pak Muis yakin dan terus berdoa. Setiap malam sebelum tidur, Pak Muis bayangkan sedang berdiri di depan kelas, mengajar anak-anak yang cerdas dan penuh semangat. Seperti kalian ini. Lalu Pak belajar sungguh-sungguh, tetap shalat, dan terus berdoa pada Allah."

Pak Muis tersenyum, lalu mengambil spidol dan menulis satu kata besar di papan tulis: MIMPI.

"Kita semua diberi hati oleh Allah untuk berharap. Diberi akal untuk berpikir. Dan diberi kaki untuk melangkah. Jadi jangan pernah takut bermimpi. Mau jadi dokter, silakan! Mau jadi ustadzah, arsitek, penulis buku, atau bahkan presiden -- boleh banget! Tapi jangan hanya mimpi... kalian juga harus berani berusaha."

Seorang murid mengangkat tangan, "Pak, kalau aku takut gagal gimana?"

Pak Muis mendekat dan berlutut di samping anak itu. "Nak, gagal itu bukan akhir. Gagal itu hanya jalan lain menuju cita-cita. Yang penting kamu tidak berhenti."

"Dan ingat," tambahnya sambil berdiri kembali, "jangan lupa Allah dalam setiap langkahmu. Cita-cita yang tidak disertai doa, seperti kapal tanpa arah. Tapi kalau kamu menggandeng Allah, semua yang tidak mungkin bisa jadi mungkin."

Pak Muis lalu mengajak anak-anak menutup mata sejenak. "Sekarang bayangkan, 10 tahun lagi kalian ada di tempat impian kalian. Kalian bahagia, berguna, dan selalu bersyukur. Apa kalian bisa lihat itu?"

"Iyaaaa!" jawab anak-anak serempak.

Sebelum keluar kelas, Pak Muis menoleh dan berkata dengan suara lembut namun penuh makna, "Pak Muis mungkin suatu hari tidak akan ada di sini lagi. Tapi Pak ingin kalian selalu ingat: jangan takut bermimpi, dan jangan pernah menyerah. Karena kalian adalah bintang-bintang yang sedang bersinar."

Hari itu, langit Sekolah Terbaik terasa lebih cerah dari biasanya. Dan di hati anak-anak kelas 3, kata-kata Pak Muis terpatri kuat -- menjadi bekal untuk menggapai langit.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun