Masuk pantai berbelok kiri tak jauh, pengunjung akan bertemu dengan fenomena struktur alam yang unik. Tebing yang dindingnya berupa susunan ratusan kolom batu basalt, berbentuk pilar yang patah. Pilar - pilar itu bersusun rapi berjajar di tebing, seolah bentukan manusia. Menempel di tebing bak karya seni unik yang wajib diabadikan.
Di laut ujung sebelah kiri, sekitar seratus meter dari tepi pantai berdiri tegak berhadapan. Dua karang menjulang runcing seperti pulau kecil akan tenggelam. Struktur pilar karang hitam di tengah laut ini adalah ciri khas, sekaligus obyek yang paling banyak difoto di pantai Reynisfjara.
Ada legenda lokal setempat yang berkisah tentang asal muasal dua karang unik itu. Karang ini sejatinya adalah jelmaan dari duaTroll. Yakni makhluk raksasa setengah batu dan setengah manusia. Yang permanen menjadi batu karang di situ  karena terlalu lama terpapar sinar matahari.
Konon jaman dulu kala, rombongan Troll sedang berlayar menuju pantai. Menjelang merapat, kapal mereka kandas di laut tak jauh dari pantai.
Rombongan Troll itu berusaha menyelamatkan dan menarik kapal karam mereka ke pantai. Dua pimpinan Troll sangat fokus dengan upaya penyelamatan itu. Sampai melupakan akan risiko kutukan karena kelemahan mereka. Yaitu rentan terhadap paparan sinar matahari.
Saat matahari terbit, kapal hampir mencapai pantai. Sinar matahari terang menyinar. Prajurit Troll berhamburan melarikan diri. Bersembunyi di goa - goa di bawah tebing karang menyelamatkan diri menghindari sinar mentari pagi. Dua pimpinan Troll masih fokus sibuk bekerja keras, menarik kapal karam.
Karena terlalu lama terpapar sinar matahari, dua pimpinan Troll itu tiba - tiba membeku, tak bisa bergerak lagi. Kesadaranpun lambat laun menghilang. Dan selanjutnya Troll itu berubah bentuk menjadi batu karang di tengah laut.Tak lagi bisa beranjak, abadi.
Dua penjelmaanTroll itu kini di depan kami. Menjadi obyek wisata yang cantik dan unik, ciri khas pantai Reynisfjara. Menjulang di tengah laut, Â berlatar belakang cakrawala rata tak berbatas dipayungi awan - awan putih mengambang. Tegak, diam, hening. Itulah daya tarik pantai Reynisfjara di sebelah kiri.
Lain lagi penampakan pantai di ujung sebelah kanan. Yaitu perbukitan karang yang berongga - rongga seperti busur. Dengan berbagai ukuran, menjuntai di laut.
Di atas perbukitan itu berdiri light house. Mercu suar navigasi pelayaran. Yang nampak kecil, bagai pensil putih menusuk langit. Sejatinya mercu suar itu merupakan titik pandang paling pas untuk menikmati pantai pasir hitam ini. Namun jadwal tidak memungkinkan untuk hiking ke sana. Karena akan memerlukan waktu cukup lama.
Usai rombongan bergembira ria menikmati Reynisfjara pagi itu. Berlarian di pasir hitam legam, meloncat dari dinding kolom - kolom basalt, dan tak bosan menatapi perbukitannya yang apik. Dan tentu saja memotreti dua pilar Troll yang terperangkap kutukan karena terlalu fokus pada pekerjaan dan melupakan risiko. Kami meninggalkan pantai membawa memori tak terlupa.