Atas prakarsa sendiri, Mahesa Jenar mengembara. Menelusuri jejak dan ingin menemukan dan membawa kembali dua keris pusaka itu ke Istana.
Dalam pencariannya, Mahesa tersuruk sampai di kawasan Telomoyo dan Rawa Pening. Di Tanah Perdikan Banyubiru. Bahkan dirinya ikut terlibat dalam kecamuk dan pertikaian dua bersaudara, Gajah Sora dan adiknya Lembu Sora. Para pewaris Banyu Biru.
Gajah Sora sahabat Mahesa Jenar ditahan di Demak, karena dicurigai terlibat dengan hilangnya dua keris pusaka. Mahesa Jenar dipasrahi dan harus mengasuh Arya Salaka yang masih remaja. Anak lelaki semata wayang Gajah Sora.
Kisah pengembaraan Mahesa Jenar, tokoh fiktif karya Sh Mintarja ini sangat populer di akhir tahun 1960 an dan awal 70 an. Menjadi pembicaraan dan bahasan di kota kota dan desa di kawasan Yogya dan Jawa Tengah. Ceritanya  hitam putih. Para pelakon dibagi dalam dua kelompok. Golongan Hitam dan Golongan Putih. Meskipun ada juga transformasi karakter. Yaitu, tokoh Lembu Sora, yang beralih dari golongan hitam. Saat menjelang akhir hidupnya menyesal. Lalu ikut bergabung ke  golongan putih.
Di Rawa Pening itu, Arya Salaka, salah satu generasi penerus golongan putih mengalahkan tokoh senior golongan hitam, Uling Kuning. Melalui pertarungan seru di dikedalaman Rawa Pening.
Eling Bening berarti Ingatlah yang Jernih. Terletak di ketinggian, dilengkapi kolam renang sangat luas. Juga Restoran, Banjar dengan pilar pilar putih berjejer gaya Yunani untuk berkumpul, meriung. Terlihat juga spot foto rumah adat Papua. Berbagai jenis arena permainan melengkapi kawasan wisata baru yang cukup menarik ini. Eling Bening yang memiliki pemandangan mempesona menjadi pasangan penjelajahan Sepur Ambarawa. Daya tarik wisata kota ini.
Meninggalkan Eling Bening, nostalgi Mintarja masih mengikuti. Epic kisah kisahnya tak mungkin terlupa.
Pegunungan Telomoyo, Rawa Pening, Kuda kuda yang berderap, Api nyala berkobar. Itulah,,,, Epic.
  Â