Mohon tunggu...
Gigih Mulyono
Gigih Mulyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Musik

Wiraswasta. Intgr, mulygigih5635

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hembusan Angin Cemara Tujuh 51

14 Agustus 2018   18:26 Diperbarui: 14 Agustus 2018   19:49 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

*Hembusan Angin Cemara Tujuh 51*

Ternyata mereka berempat dipercaya, diberi Amanah dan mendapat jabatan semuanya. Alhamdulillah.

Dalam hal memberi atau mencopot jabatan, memang Direksi seolah menjadi wakil Tuhan di perusahaan. Mereka memiliki hak mutlak untuk menentukan. Walau kadang kadang tetap mendapat intervensi dari kiri kanan, atas bawah. Namun hak dan tanggung jawab memberi, menggeser, mengambil kembali posisi pembantu pembantunya tetap di tangan Dewan Direksi.

Direksi di perusahaan Sutopo termasuk wakil Tuhan yang menjalankan peran dengan baik , rasional untuk mendukung perusahaan. Menetapkan posisi di level bawah pun, mereka rembuk bersama. Karena penempatan pejabat terendah pun sebenarnya adalah mengangkat pemimpin tertinggi di unit kecilnya.

Selain contoh Direksi bagus tersebut, banyak juga contoh buruk Direksi yang serampangan , dan semau maunya dalam urusan menaruh orang.

Mereka seperti para petinggi Yunani kuno  yang menjadi contoh perilaku buruk yang melahirkan istilah Nepotisme.

Nepotisme yang akar katanya Nepos, berarti keponakan atau kerabat. Perilaku dalam memberikan jabatan, yang lebih mengedepankan kekerabatan, hubungan darah, setoran atau hal lain yang tidak relevan, daripada pertimbangan kemampuan dan kecocokan profesional. Bila Nepotisme seperti ini yang berlangsung, akan terbentuk  embrio un trust dan un fair community yang bisa membesar. Dan suatu saat bisa meledak, menjadi konflik keras yang merugikan perusahaan dan para pemangkunya.

Direksi Sutopo adalah contoh yang baik dalam menetapkan pejabat. Sebagai contoh, sebelum mereka berempat dipanggil menghadap Dirut, sehari sebelumnya Dir SDM telah memanggil Wikarya, Puspa dan Topo .........tanpa Deni , untuk menguji dan konfirmasi, sebelum menetapkan keputusan penting.

Barangkali ini ujian dengan jenis soal yang lain,

Dir SDM dengan memajang wajah datar, tanpa ekspresi, tak terbaca kedalamannya, berujar kepada mereka bertiga dengan nada menyesal,

" sebenarnya ada satu jabatan yang mendesak harus segera diisi. Kandidatnya adalah kalian berempat"

Dir SDM berhenti sejenak, mengamati reaksi tiga pegawainya. Tidak ada reaksi, belum ada perubahan wajah, hanya sunyi di ruangan itu.

" namun yang menjadi ganjalan kami Direksi ... adalah Deni , yang tidak lulus Master nya di Belanda"

Sekali lagi Direktur berhenti bicara, menunggu reaksi. Tiba tiba Topo angkat bicara,

" Pak Direktur, ijin kami ingin menjelaskan perihal ketidak lulusan Deni di Belanda "

Direktur mempersilakan.

Topo menjelaskan, di tahun pertama kuliah di Belanda, Deni sangat antusias belajar , dan nilai nilai hasil ujiannya bahkan sangat bagus. Kemudian, di semester ketiga terjadi perubahan drastis, Deni mengalami kemunduran emosional. Deni menerima kabar kalau ibunya sakit keras di Tanah Air, dan dirawat di Rumah Sakit.

Deni berniat kembali ke Jakarta untuk membezoek ibunya, namun kakaknya di Jakarta mencegahnya, memberi tahu kalau Ibunya sudah ditangani, mudah mudahan segera sehat kembali.

Sampai akhirnya seminggu kemudian, Deni mendapat kabar kalau ibunya wafat di Rumah Sakit. Mendengar berita itu, Deni sangat terpukul, menyesali diri amat sangat. Hantaman rasa bersalah itu berdampak fatal, motivasi belajar Deni merosot drastis.

Teman temannya dan Helen, pacarnya tidak mampu juga membangkitkan kembali fighting spirit Deni. Deni nglokro berkepanjangan, seolah ingin menghukum diri. Akhirnya Deni gagal di semester tiga, terlalu banyak nilai tidak lulusnya. Bahkan Deni tidak diperbolehkan mengambil ujian ulangan, karena lebih dari lima puluh prosen mata kuliah yang ditempuh tidak lulus.

Deni harus pulang kembali ke tanah air dengan perasaan tawar, tidak percaya, tapi sudah menduga.

Deni tidak lulus.

                       Bersambung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun