Peristiwa ketika dia bertemu , dan mengamati salah satu orang sesama pendaki. Seorang Mahasiswa gondrong, kurus, pendiam. Namun relung matanya, seolah lautan luas yang mampu menampung dan menenggelamkan segala hal.
Waktu itu, rombongan pendaki Gunung UGM, semua fakultas akan mendaki Gunung Lawu di Karanganyar Solo. Pendakian akan dimulai dari arah Cemoro Sewu, desa di pertengahan antara Tawangmangu dan Telaga Sarangan. Rombongan sudah sampai di balai desa Cemoro Sewu. Mereka akan mulai pendakian jam dua pagi.
Rombongan sekitar seratus orang mahasiswa UGM itu,sudah sampai di Balai desa Cemoro Sewu. Malam itu mereka akan menginap disini.
Makan malam dengan sayur lodeh dan lauk tempe tahu bacem serta ikan asin disediakan panitia pendakian, bekerjasama dengan aparat desa Cemoro Sewu. Walaupun sederhana, di udara sejuk kaki gunung ini, makan malam ini terasa teramat nikmat. Apalagi di tengah keriuhan seratusan mahasiswa yang lahap, makan bersama.
Ketika selesai makan, Sutopo beranjak ke kamar mandi di samping bangunan utama. Ketika Sutopo kembali, dari belakang ada yang menggamitnya,
" Mas, ada bawaannya yang jatuh " kata mahasiswa tinggi kurus gondrong itu , sambil mengulurkan kertas terlipat.
Sutopo menoleh, dan saat itulah dia menatap dua Telaga sejuk dan dalam di dua mata pendaki itu. Sutopo tergetar, ada perasaan takjub merayapi hatinya. Dirinya seolah akan tersedot dua mata lembut itu. Sutopo melihat sesuatu. Melihat suatu Nilai, melihat Amanah yang melingkupi mahasiswa kurus itu.
Dengan terbata bata, Sutopo menerima kertas itu, berisi coretan awal puisi yang sembarangan di tulis di perjalanan tadi.
" Oya , terima kasih ya" Sutopo menjawab, " dari Fakultas mana?
" Saya dari Kehutanan " jawab pemuda itu, kalem sambil tersenyum.
           Bersambung