Sutopo menduga Dirutnya itu memiliki cara berpikir warna Biru.
Pemilik warna biru akan minta pendapat kepada warna putih, kalau dia ingin membuat keputusan yang adil. Minta pertimbangan si merah kalau ingin sesuatu yang dramatik atau sensasi.
Dan minta pertimbangan kepada pemilik warna hitam terlebih dahulu untuk menemukan celah celah yang harus diperbaiki kalau misalnya dia harus menandatangani kontrak yang rumit atau dilematis. Karena orang warna hitam ini cepat dapat melihat bolong bolong, kelemahan ketidak tepatan dan hal hal negatif lainnya. Hanya saja kalau keputusan sudah diambil , jangan lagi melibatkan pemilik warna ini. Dia akan nyinyir, protes dst, seolah semua hal di dunia ini harus sempurna.
Warna Hijau sangat bermanfaat untuk dimintai pendapat, kalau ingin dapat melahirkan karya karya kreatif dan inovatif. Dia selalu memiliki ide untuk membuat sesuatu lebih indah, fungsional atau lebih tepat sasaran.
Warna Biru adalah seni sekaligus wisdom dalam kepemimpinan.
Sutopo tersenyum sendiri sambil melirik Televisi di ruang kerja Departemen Komersial sedang menayangkan iklan pewangi ruangan.
Sutopo belum yakin dengan kesimpulan awalnya, terlalu teoritis. Mestinya Untuk bisa sampai ke level pimpinan tertinggi, seseorang pasti telah melalui berbagai macam peristiwa, asam garam kehidupan. Tentu tidak selalu mulus mulus saja, pasti ada pergolakan dilema dan kesulitan. Diperlukan Jam terbang yang tinggi, pengalaman yang panjang dan berat, tidak sekedar cara warna berpikir seperti yang diurai De Bono.
Tiba tiba Sutopo berambisi dan yakin, bahwa ada saatnya nanti dia bakal bisa menjadi salah satu anggota Direksi di Perusahaannya.
Who knows
Bersambung