Selamat ya bapakk ibu juga kamu Po. Setelah susah payah berjuang sekian lama, akhirnya selesai juga skripsi dan lulus ujian pendadaran. Semoga segera dapat pekerjaan yang cocok, sukses meniti karir dan mengemban amanah Almamater.Â
Menghadapi sapaan ramah pak dosen berkostum kebesaran itu bapak ibunya hanya mampu mengangguk angguk tak bisa berkata kata. Reaksi tipikal orang desa ketika bersua pertama kali dengan orang orang berbusana formal atau kedinasan. Orang bertigaga, jas atau seragam seragam kantor pemerintahan. Perlu waktu penyesuaian dari gagap busana.Â
Sutopo yang menjawab sapaan pak dosen, Amin pak terima kasih atas semua bimbingan bapak selama ini semoga bapak mendapatkan balasan setimpal atas perhatian dan kesabaran bapak. Sutopo berujar takzim dan formal, bentuk sopan santun khas Jawa tengahan.Â
Ha ha ha ya Po sama sama. Itu sudah tugas saya untuk selalu mengoreksi dan rewel kepada para mahasiswa. Kalau tidak direweli energi dan potensinya tidak muncul. Baik bapak ibu mudah mudahan dua tahun dari sekarang Insya Allah wajah Topo yang tirus ini akan berubah segar dan berisi. ..........Baik sampai ketemu di gedung nggih. Sekali lagi selamat. Pak dosen beranjak masuk purna budaya. Jubah hitamnya berkibar tertipu angin pagi.Â
Sutopo pun bersiap, bersama kedua orang tuanya melangkah pelan masuk gedung pasamuan Purna Budaya yang pagi ini terasa Megah dan Sakral disekeliling cemara cemara hijau lancip menjulang.
Pak rektor, para Profesor dan para dosen sudah hadir. Berderet di depan dalam seragam serba hitam. Para hadirin berdiri menyanyikan lagu Indonesia Raya menggelora. Disusul alunan lagu Hymne Gadjah Mada.Â
Hymne ini khidmat lembut memenuhi seantero Sudut sudut Purna Budaya yang sebelumnya hening.
Bakti kami mahasiswa Gadjah Mada semua
............,,,,,,.............
...............................
Bagi kami Almamater ku berjanji setia
