Mohon tunggu...
mulyanto
mulyanto Mohon Tunggu... Administrasi - belajar sepanjang hayat

Saya anak petani dan saya bangga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tidak Semua Wanita Itu begitu

6 September 2021   08:44 Diperbarui: 6 September 2021   09:17 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Nita Marleta namanya (nama samaran). Dia cantik putih langsing mantan atlet tinju. Kini janda. Punya anak putri berusia 4 mau 5 tahun.

Aku mengenalnya pertama kali saat dia latihan di sasana tinjunya. Di Solo. Aku bukan atlet tinju aku wartawan waktu itu. Sekitar tahun 2012.

Nita ini hanya bisa digambarkan dalam dua kata. Cantik baik. Dulu waktu aku meliputnya pertama kali untuk kami muat di koran kami Nita melayaniku dengan sangat baik. Perangainya lembut suka senyum dan sopan.

Aku sebagai lelaki normal tentu saja menyukainya. Nita mungkin biasa. Atau nggak. Sebagai gadis cantik banyak yang suka pasti normal. Atau mungkin dia juga sudah punya pacar waktu.

Aku ya suka sama Nita. Sayang aku sudah punya pacar juga waktu itu. Dan aku tidak suka main-main dengan komitmen. Kalau sudah di satu hati ya tak akan ke hati yang lain.

Saat aku meliput Nita, aku mewawancarainya dengan merem.

Aku banyak menunduk atau membuang muka ke tembok, ke lampu di langit-langit rumah, ke rak buku, ke salip kecil di dinding di atas pintu dan lainnya. Sedikit sekali aku menatap mata Nita. Takut aku. Sadar diri.

Dia saat itu kuliah semester 6. Dan karir atletnya moncer. Nita menggeluti tinju sejak SMP sampai kuliah. Kuliah jurusan psikologi.

Aku mewawancarainya di rumahnya yang berada di agak tepian kota. Nita saat itu baru saja meraih prestasi sebagai juara 1 kejuaraan tinju level internasional di kelasnya. Tarungnya di Ibu kota.

"Bukan aku yang hebat, Mas. Aku biasa aja." Katanya merendah. "Semua prestasi ini berkat pertolongan dan kebaikhatian Tuhan. Tuhan yang menghendaki aku dapat prestasi ini," katanya. Lalu dia melepas senyum untukku. Manis. Cantik. Menyusup ke relung hatiku.

Aku ya tulis saja apa adanya, apapun yang dia katakan. Inspiratif pasti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun