Mohon tunggu...
mulyanto
mulyanto Mohon Tunggu... Administrasi - belajar sepanjang hayat

Saya anak petani dan saya bangga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tidak Semua Wanita Itu begitu

6 September 2021   08:44 Diperbarui: 6 September 2021   09:17 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebulan Nita hanya di rumah saja sampai buleknya menyarankan agar dia membuka butik. Khususnya busana muslimah. "Sekarang lagi tren busana muslimah, Nduk," usul buleknya.

Dan, Nita seletah merenungi dalam-dalam dia memutuskan benar membuka butik. Dia hubungi rekan-rekannya yang masih baik padanya, baik teman di RS maupun di pabrik tekstil agar bisa membantunya. Benar saja banyak yang bantu. Maklum selain cantik wajah Nita juga cantik hati. Tuhan banyak menolong dia.

Sebelum benar-benar buka butik, Nita minta dibimbing membaca syahadat ke buleknya lalu minta diajari mengaji di musholla rumahnya setiap hari. Kemudian Nita memutuskan pakai hijab. Wes. Makin cantik dan anggun saja dia.

Kini Nita menjalankan butiknya dengan mempekerjakan 128 pegawai. Yang awalnya haya menyewa ruko di daerah padat warga kini merambat membeli 4 ruko lagi dan membuka 7 tenan di mall. Singkatnya Nita kini sukses luar biasa.

Aku ikut bungah dadan bersyukur atas kesuksesan temanku itu. Tapi di akhir ceritanya dia meminta alamat rumahku. Ya kuberi saja. Lalu dia bilang suruh tunggu sesuatu yang istimewa dua-tiga hari ke depan. Aku mengiyakan saja. Sebelum menutup telepon Nita juga menyampaikan salam untuk anak-anak dan istriku. Aku juga titip salam buat anak dan buleknya dia.

***

Rupanya tiga hari dari kami teleponan itu ada yang bisa dikata istimewa ke rumahku, ke rumah kami. Tapi bagi orang lain juga bisa dikata musibah.

Sabtu pagi Nita sampai di rumahku bersama anak, bulek dan Papanya. Kalau ibunya sudah meninggal dua tahun lalu.

Tentu kami sangat bahagia ketamuan orang kaya. Orang baik. Istriku dan anak-anakku juga bahagia. Mereka dibawakan hadiah baju dan makanan enak oleh Nita.

Ternyata kepentingan Nita ke rumah adalah hanya ingin meminta persetujuanku untuk aku mengawininya di hari Senin, lusa. Istriku yang merencakana itu semua sama Nita. Rupanya mereka berdua sudah berkongsi sejak lama.

"Mas, tolong katakan iya ke Mbak Nita," kata istriku. Aku diam dan menatap pilu ke wajahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun