Setelah obrolan panjang, malam tadi. Pagi harinya, sesuai dengan rencana. Pak Arif dan Bu Ningrum pergi ke sawah melihat keadaan tanah setelah panen padi beberapa minggu yang lalu. Raka juga ikut serta dengan orang tuanya. Namun, Bima tidak jadi menemani Raka untuk mencari keberadaan sarang burung di sawah.
Raka yang sebenarnya masih penasaran dengan jamur yang tumbuh di tumpukan jerami, kembali ia mendekati jamur tersebut. Rasa penasarannya sudah ia pendam sejak sepulang dari sawah kemaren. Emosinya begitu besar, karena rasa kecewa yang bertambah-tambah.
"Hai, jamur. Kenapa kamu hidup di atas jerami lembab ini?" tanyanya pada jamur.
"Sudah aku katakan, aku memang suka hidup di tempat yang lembab. Tempat ini yang memicu aku untuk tumbuh di sini" ujar jamur.
"Apa kamu tidak butuh tanah untuk hidup?" Raka terus bertanya, ia ingin menuntaskan semua rasa ingin tahunya.
"Tidak, tempat basah atau lembab adalah mediaku untuk tumbuh".
"Terus, kamu dapat nutrisi dari mana? Kan kamu tidak berfotosintesis?"
"Aku dapat makanan dari menguraikan jerami ini, oleh karenanya aku bisa hidup" jamur masih setia menjawab semua pertanyaan Raka.
"Berarti kamu merusak jerami ini untuk bahan makanan kamu?" tanya Raka penuh selidik.
"Iya, aku memang membuatnya menjadi makanan aku. Tapi itu semua akan sangat bermanfaat bagi tanah. Karena aku membantu menguraikan sisa-sisa bahan organik untuk mengembalikan unsur hara ke dalam tanah"
"Oooh, begitu rupanya" Raka mengangguk tanda ia paham.