Mohon tunggu...
Mukhlis
Mukhlis Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Sastra Melayu Klasik: Konsep, Ciri-ciri, dan Jenis

8 Maret 2024   16:11 Diperbarui: 8 Maret 2024   16:13 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Sumber gambar: Pixabay

Mencermati jenis-jenis puisi lama diklasifikasikan enam jenis. Keenam jenis puisi lama itu menurut Zainuddin (1992:107) adalah “1) mantra, 2) bidal, 3) pantun, 4) karmina atau pantun kilat, 5) talibun, 6) seloka.

Berdasarkan pembagian jenis-jenis puisi lama di atas, penulis jelaskan secara rinci sebagai berikut.

Mantra

Menurut Depdiknas (2007:173)  matra merupakan ”Perkataan atau ucapan yang memiliki kekuatan gaib, misalnya dapat menyembuhkan, mendatangkan celaka, dan sebagainya.” Mantra ini sangat menonjol dari unsur bunyi dan susunan kata-katanya.  

 Untuk lebih jelas, di bawah ini penulis kutip sebuah mantra yang dibaca saat akan menangkap atau menyiapkan umpan untuk memancing buaya dengan seekor ayam yang ditusuk dengan nibung yang diikat tali.

Hal si Jambu Rakai sambut kiriman

Putri Runduk du Gunung Ledang

Ambacang masak sebiji bulat,

Pengikat tujuh pengikat,

Pengarang tujuh pengarang

Diarak dikumbang jangan,

Lulur atau ditelah

Kalau tidak kau sambut

Dua hari, jangan ketiga

Mati mampek, mati mampai

Mata tersadai pengkalan tambang

Kalau kau sambut, ke darat kau dapat makan

Ke laut kau dapat minum

                                                (Zainuddin, 1992:107)

Berdasarkan contoh mantra di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa mantra mengandung ikatan dalam setiap barisnya, dan seolah memiliki daya magis.

Bidal 

Bidal merupakan bahasa berkias untuk mengungkapkan perasaan yang sehalus-halusnya hingga orang lain yang mendengarkan harus mendalami dan meresapi arti serta maksud dalam hatinya sendiri.

Zainuddin (1992:1080 menjelaskan bahwa bidal merupakan ucapan yang singkat yang dinyatakan dengan kata-kata kias. Bidal biasanya berisi nasihat yang bermanfaat bagi kehidupan.  

Berpijak pada uraian di atas dapat dipahami bahwa bidal merupakan salah satu bentuk puisi lama yang dinyatakan dengan kata-kata kias yang berisi nasihat, peringatan, sindiran, dan sebagainya yang terdapat dalam kehidupan.  

Pepatah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun