Mohon tunggu...
Mukhlis
Mukhlis Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Seikat Kata Tersiksa

7 Februari 2024   18:07 Diperbarui: 12 Februari 2024   13:59 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seikat kata meledak- ledak di dada
Ingin keluar  dari pasungan kemarau rasa Namun kerongkongan menghadangnya

Kadang Ia bersetubuh dalam darah Mengalir ke saraf, lalu memporak -porandakan seisi jasad 

Baca juga: Hakikat Puisi

Untaian kata itu berontak, mohon kebebasan dari  makna yang ditabalkan padanya.

Sekali dalam semasa Ia menjerit seperti petir, hingga seluruh ruang raga terjaga

Keluarkan... Aku!
Keluarkan... Aku dari dada pengap ini!

Baca juga: Puisi: Kau

Aku ingin bebas
Jangan libatkan Aku dalam gejolak mu!

Silakan saja  memaki!
Silakan saja menghardik!
Silakan saja mencaci sepuas hatimu !

Ingat!

Aku bukan budakmu

Sudah cukup beban dosa yang Ku pikul Akibat kecerobohan mu
Aku bukan cerobong dosa mu.

Aku adalah Aku
Kau adalah Kau

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun