Mohon tunggu...
mukhlas ansori
mukhlas ansori Mohon Tunggu... Dosen - Dosen sosiologi dan pengembangan masyarakat IPB University

Pakar sosiologi pedesaan dan pengembangan masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Memangkas Jaringan Pemasaran Sayur-Mayur

13 Juli 2022   22:00 Diperbarui: 15 Juli 2022   04:03 1508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buruh tani memanen buncis super di lahan pertanian di Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. (KOMPAS/MACHRADIN WAHYUDI RITONGA)

Sayur-mayur merupakan komoditas hasil pertanian yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Setiap hari masyarakat selalu membutuhkan sayur-mayur sebagai bahan makanan penting untuk memenuhi kecukupan gizi yang ideal. 

Komoditas sayur-mayur merupakan barang dagangan yang meruah (bulky) dan mudah busuk (perishable) sehingga diperlukan jalur pemasaran yang sependek mungkin dan waktu sesingkat mungkin sehingga distribusi komoditas sayur-mayur dari petani produsen bisa cepat sampai kepada konsumen.

Ibu-ibu rumah tangga mempunyai banyak pilihan untuk berbelanja kebutuhan sayur-mayur. Terkadang mereka berbelanja di pedagang sayur keliling yang menjajakan daganganya dari rumah ke rumah. 

Ada pedagang sayur yang menggunakan motor atau menggunakan gerobak dorong. Pilihan lain adalah berbelanja ke warung sayur yang biasanya ada di dekat perumahan. 

Di warung stoknya lumayan banyak dan harganya lebih murah daripada di pedagang keliling. Jika kebutuhannya banyak, pembeli dapat memilih berbelanja di pasar tradisional atau ke pasar induk.

Berdasarkan klasifikasi komoditas sayur-mayur dapat diklasifikasikan sebagai produk tidak tahan lama yang dapat dibedakan lagi menjadi dua, yaitu:

1). Yang agak tahan lama, maksudnya bisa bertahan sampai beberapa hari, seperti cabe, bawang merah, bawang putih, kentang, wortel, buncis.

2). Yang sangat tidak tahan lama, yaitu yang tidak bisa bertahan sampai beberapa hari, contohnya bayam, kangkung, toge. Oleh karena itu, sayur-mayur ini memiliki kekhasan tersendiri. 

Walaupun sayur-mayur merupakan komoditas yang dibutuhkan setiap hari, sayur-mayur harus mendapat perlakuan yang khusus pula. Untuk itu pendistribusian dari petani sampai ke konsumen harus relatif cepat dan tepat, terutama sayuran yang cepat rusak. Hal ini untuk tetap menjaga nilai ekonomis sayuran tersebut.

Hasil dari penelitian penulis terhadap distribusi pemasaran sayur-mayur di Bogor terdapat beberapa pola pemasaran komoditas. Produk sayur-mayur dari petani produsen sampai kepada konsumen melalui rantai pemasaran yang sangat panjang. 

Terdapat banyak pedagang yang terlibat dalam rantai pasok produk: mulai pedagang pengumpul (bandar), pedagang pasar induk, pedagang pasar tradisional kelas satu, pedagang warung, dan pedagang keliling. 

Unsur terpenting dalam pemasaran sayur-mayur adalah produsen yakni petani. Petanilah yang menanam, merawat, menanggung resiko jika gagal panen. Sayur-mayur yang dipasok ke pasar Bogor kebanyakan berasal dari kawasan Bandung yaitu daerah Pengalengan dan Lembang. 

Petani sayur-mayur di kedua daerah tersebut bisa dikelompokkan menjadi petani dengan lahan sempit, lahan sedang, dan lahan sangat luas. Petani dengan lahan sempit menanam sayur-mayur seluas antara 3.000 m sampai di bawah 1 hektare. Petani berlahan sedang di atas satu hektare tetapi tidak sampai puluhan hektare. 

Sedangkan petani berlahan luas adalah petani memiliki tanaman sayur-mayur seluas ratusan hektare bahkan ada yang memiliki lahan tanaman seluas 250 hektare. Di samping melakukan penanaman sayur-mayur di tanah miliknya sendiri, ada juga petani menyewa lahanlahan milik orang lain. 

Petani sayur-mayur merupakan petani rasional. Petani secara sadar melakukan investasi untuk menghasilkan produk yang berorientasi pasar.

Alasan memilih menanam sayur-mayur karena jenis tanaman ini cepat panen yaitu antara 2 -- 3 bulan, harga jual tinggi, iklim dan lahannya cocok untuk tanaman sayur-mayur. Sedangkan hambatan yang dirasakan petani adalah gangguan iklim, kekurangan modal, dan harga yang fluktuatif terkadang sangat rendah.

 Petani berlahan sempit di bawah 1 hektare masih menganggap usaha budidaya sayur-mayur sebagai perekonomian keluarga. Semua pekerjaan dilakukan sendiri atau dikerjakan bersama dengan keluarganya (anak, istri atau kerabatnya). Tidak ada tenaga upah pada usaha pada petani berlahan sempit. 

Petani berlahan sempit berada pada posisi yang paling lemah dalam pemasaran. Kebanyakan petani ini memasarkan hasilnya kepada bandar. Sementara posisi tawar petani kalah dengan dominasi bandar. Meskipun dalam penentuan harga terjadi tawar-menawar, kedudukan bandar lebih dominan dalam menentukan harga. 

Selain itu sistem pembayaran dalam jual beli yang dilakukan bandar dengan petani juga tidak menguntungkan, idealnya semua jual beli dilakukan secara tunai tetapi seringkali pembayaran tidak dibayar tunai pada saat pengiriman barang

Pada petani berlahan sedang dan luas, usaha budidaya sayur-mayur telah dianggap sebagai kegiatan bisnis. Hampir semua pekerjaan dalam produksi dilakukan oleh tenaga kerja yang diupah. Jumlah tenaga kerja yang dimiliki petani tergantung dari luas tanaman syaur mayur, semakin luas lahan tanamannya jumlah tenaga kerja yang dipekerjakannya semakin banyak . 

Pemasaran hasil produksi sayur-mayur dari daerah Lembang dan Pengalengan menjangkau ke berbagai wilayah. Pemasaran juga dilakukan ke berbagai pihak seperti bandar, supplier, restoran, pasar dan supermarket. Semakin luas lahan tanaman sayur-mayur yang dimilki petani semakin luas pula jangkauan pemasarannya.

Petani berlahan sedang dapat memasarkan hasil produksi sayur-mayurnya kepada bandar, restoran, supplier dan pasar. Sementara petani berlahan luas dapat memasarkan produksi sayur-mayur ke supermarket untuk kualitas terbaik, pasar luar kota, restoran, dan pasar lokal.

Pasar Induk Kemang dan sebagian kecik Pasar Induk Jambu Dua merupakan tempat kebanyakan pedagang sayur-mayur di Bogor membeli barang dagangan. Pasar Induk Kemang berada di wilayah Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Para pedagang di pasar Induk Kemang menempati los seluas 100 m, pasar terus buka selama 24 jam. 

Waktu jual beli dilakukan sekitar jam 14.00 sampai menjelang malam. Di Pasar Induk Kemang ini dijual berbagai produk tidak tahan lama, seperti sayur-mayur dan buah-buahan. Arealnya sangat luas dan ditata cukup rapih sehingga ada pemisahan lokasi antara tempat menjual sayuran dengan tempat menjual buah-buahan.

Pasar Induk Kemang menerima pasokan dari berbagai daerah ada yang dari luar Jawa, seperti bawang merah yang didatangkan dari Brebes. Khusus untuk sayur-mayur mereka mendatangkannya sebagian besar dari Lembang dan Pangalengan, Jawa Barat. 

Walaupun secara geografis lebih dekat dengan Cianjur, sayur-mayur tidak didatangkan dari daerah tersebut karena produksi sayur-mayur dari Cianjur tidak mencukupi lagi, hanya bawang daun (bakung) dan seledri yang masih didatangkan dari Cianjur. Kemudian ada komoditas kelapa didatangkan dari Sumatera.

 Sistem pembayaran dilakukan dengan dua cara, yaitu sistem tunai dan sistem tempo. Pada sistem tempo pembayaran dilakukan keesokan harinya setelah dagangan terjual. 

Sistem tempo ini dapat dilakukan setelah terbina rasa saling percaya antara petani-produksi dan pembeli. Hal tersebut baru bisa terjalin setelah pembeli (penjual di pasar di pasar induk) beberapa kali melakukan pembelian secara tunai. Adakalanya petani menunggu di tempat sampai barang terjual kepada konsumen (pembeli di pasar induk) baru menerima pembayaran.

Pasar yang lebih kecil seperti Pasar Cibinong juga banyak ditemukan ratusan penjual sayur-mayur. Komoditas sayur-mayur yang diperdagangkan cukup lengkap.

Di pasar ini terdapat sekitar 100 kios penjual sayuran yang tersebar baik di dalam pasar maupun di luar, dari arah samping pasar dan depan pasar. 

Para pedagang berjualan secara berkelompok. Misalnya dalam kelompok A terdapat lima atau sepuluh kios penjual sayuran dengan komoditas yang relatif sama. Aktivitas jual beli sayur-mayur ini berlangsung nonstop sehingga dengan adanya kegiatan penjualan sayur-mayur ini pasar Cibinong senantiasa ramai.

Aktivitas terasa meningkat saat-saat menjelang hari-hari besar, terutama pada saat menjelang Ramadhan,Hari Idul Adha, dan Idul Fitri. Aktivitas ini dimulai sekitar pukul 22.00 WIB pada saat penurunan sayuran, istilah yang popular di kalangan mereka adalah bongkar-muat yaitu menurunkan belanjaan dari mobil untuk selanjutnya dibawa ke kios-kios dan ditata sebagai barang yang akan diperdagangkan. 

Biasanya pada saat itu juga pembeli sudah mulai berdatangan. Pembelinya adalah para penjual sayur keliling, pengelola rumah makan atau warung makan, dan pengusaha jasa boga.

Para pedagang mendapatkan sayuran itu dengan cara membeli secara berkelompok dari pasar induk , yaitu dari Pasar induk Kemang dan beberapa diantaranya dari Pasar Induk Jambu Dua. Harga di Pasar Induk Kemang lebih murah dibandingkan dengan harga di Pasar Induk Jambu Dua. 

Dalam pembelian secara kelompok, sekitar lima pedagang bersama sama menyewa satu mobil untuk dipakai berbelanja ke pasar induk. Harga sewa mobil ditanggung bersama dan dibagi rata. 

Sistem pembelian umumnya dilakukan secara tunai dan para pedagang telah memiliki pelanggan masing-masing. Dengan adanya pelangganan ini, mereka tidak perlu lagi melakukan tawar-menawar dalam menentukan harga beli. Jenis komoditas sayuran yang mereka beli umumnya tetap.

Jaringan pemasaran sayur-mayur di Pasar Cibinong tidak dikenal jasa pemasok, tetapi para pedagang membeli secara langsung ke pasar induk. 

Alasannya mereka bisa mendapatkan harga yang lebih murah dan bisa memilih komoditas sayur-mayur sesuai dengan seleranya. Pelaku Pasar di Pasar Cibinong Pelaku pasar yang paling dominan adalah pedagang dan pembeli sedangkan tengkulak tidak dijumpai dalam jaringan pedagang sayuran di Pasar Cibinong. 

 Komoditas sayuran yang mereka jual pada umumnya sama dan tempat berjualannya banyak yang berdampingan sehingga harga jual yang mereka tentukan pun relatif tidak jauh berbeda.

Pada umumnya pedagang telah memiliki pelanggan tetap, baik para ibu rumah tangga maupun pedagang kecil. Cara pembayaran adalah sistem pembelian tunai, karena hasil penjualan akan dipakai untuk membeli kembali komoditas sayuran secara tunai pula.

 Kegiatan berdagang pada umumnya tidak dilakukan sendiri, tetapi dibantu oleh istri, anak, atau saudara. Pedagang tidak terus menerus berada di pasar tetapi ada semacam pembagian tugas, ada yang bertugas untuk berbelanja ke pasar induk dan yang lain bertugas memperdagangkannya. 

Dapat juga pembagian tugas berdasarkan waktu ada yang bekerja sampai tengah hari dan selanjutnya digantikan penjual hingga sore bahkan sampai malam hari. 

Tidak semua pedagang melakukan pembagian tugas ini, ada beberapa di antaranya yang dikerjakan sendiri mulai belanja ke pasar induk sampai mendagangkannya, tetapi mereka berjualan tidak sampai sore hari. Aktivitas pasar ini berlangsung selama tujuh hari dalam satu minggu.

Pembeli di Pasar Cibinong dikategorikan sebagai pembeli dan pelanggan, pembeli dapat dibedakan berdasarkan waktu berbelanja, yaitu: 

( 1). Pukul 22.00 - 07.00 WIB, pembeli adalah para penjual sayur keliling , pemilik restoran, pemilik warung makanan, dan katering.

(2). Pukul 07.00 - 12.00 pembelinya adalah para ibu rumah tangga yang berbelanja untuk dikonsumsi sendiri. 

(3). Pukul 12.00 WIB - sore, pembelinya adalah para ibu rumah tangga yang bekerja sebagai guru atau pegawai kantor. 

Harga jual sayur-mayur dilakukan dengan tawar-menawar meskipun sebenarnya para penjual telah memperhitungkan harga beli pada saat itu.

Memangkas Jaringan Pemasaran 

Salah satu masalah yang dihadapi petani adalah hadirnya tengkulak. Tengkulak hadir di kalangan para petani yang mengambil peran sebagai pedagang perantara yang semakin memperpanjang jaringan pemasaran sayur-mayur.

Salah satu upaya untuk memperkuat posisi tawar petani dalam bisnis sayur-mayur adalah dengan berkelompok melalui kelompok tani, gapoktan, atau koperasi. Kelompok tani atau koperasi dapat menjadi wadah untuk memperjuangkan kepentingan petani menghadapi para bandar atau pedagang lainnya. 

Posisi tengkulak saat ini sudah semakin lemah karena petani dan pembeli telah memanfaatkan teknologi telepon genggam. Para petani dapat berkomunikasi kapan saja dan di mana saja dengan para pedagang di pasar induk. Hal ini bisa lebih memperpendek jaringan pemasaran sayuran, dari petani produksi sampai kepada konsumen.

Penggunaan platform digital seperti jual beli online dapat menjadi alternatif pemasaran yang menguntungkan petani. Market place yang bergerak di dalam bisnis sayur-mayur secara online bisa menjangkau lebih banyak konsumen. Pengenalan dan promosi produk dilakukan sehingga akan dikenal banyak kalangan bukan hanya pelanggan yang sudah ada. 

Dengan adanya marketplace pertanian, para petani dapat menjual hasil taninya secara online. Beberapa market place dapat menjadi alternatif untuk memasarkan produk sayur-mayur secara online. Tanihub misalnya, didirikan untuk membantu petani menjangkau konsumen secara langsung tanpa campur tangan tengkulak. 

E-commerce ini sangat menguntungkan bagi para petani karena mereka bisa mendapat keuntungan lebih tinggi dari harga yang dijual kepada tengkulak. Selain itu, jangkauan pemasaran pun akan semakin luas.

Sayurbox merupakan sebuah market place yang bisa digunakan untuk memasarkan kebutuhan sayur-mayur segar. Pembeli dapat mengakses dengan masuk ke situs sayurbox.com.

Tidak semua masyarakat terbiasa dengan gadget atau belanja online. Kalangan muda sangat paham dengan penggunaan teknologi informasi termasuk berbelanja online. Tetapi banyak orang kalangan tua lebih senang berbelanja secara langsung di pasar tradisional karena boleh menawar. 

Proses tawar menawar dengan penjual lebih dinikmati oleh para pembeli dan merasa berbelanja di pasar tradisional atau ke warung menjadi wahana untuk berinteraksi dan saling mengenal secara personal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun