Mohon tunggu...
Muji Setiyo
Muji Setiyo Mohon Tunggu... Professor in Mechanical and Automotive Engineering UNIMMA

Muji Setiyo adalah dosen dan peneliti aktif di Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Magelang - Kampus Unggulan Muhammadiyah

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kuliah Metode Penelitian di Teknik Mesin UNIMMA #1: Sejarah dan Perkembangan Berpikir Ilmiah

17 September 2025   21:28 Diperbarui: 17 September 2025   21:28 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berpikir ilmiah (Sumber: unsplash)

Berpikir ilmiah adalah fondasi dari semua penemuan besar yang mengubah peradaban manusia. Ia bukan sekadar cara berpikir, melainkan sebuah pendekatan sistematis untuk memahami dunia, mulai dari observasi, merumuskan hipotesis, menguji lewat eksperimen, hingga menyusun teori yang bisa diverifikasi.

Jika ditelusuri, berpikir ilmiah telah menempuh perjalanan panjang: dari zaman kuno, abad pertengahan, renaisans, hingga era digital hari ini. Jejak ini menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan selalu bergerak, menyesuaikan diri dengan zaman, dan melahirkan cara pandang baru terhadap dunia.

Zaman Kuno: Filsafat dan Logika Awal

Peradaban Mesopotamia dan Mesir Kuno telah mengenal astronomi, matematika, dan teknologi praktis. Namun, titik balik muncul di Yunani Kuno. Thales, Pythagoras, dan Democritus mengajukan gagasan awal tentang materi, bilangan, dan alam semesta. Aristoteles kemudian menyusun sistem logika dan kategori pengetahuan yang menjadi fondasi berpikir ilmiah hingga kini.

Zaman Pertengahan: Ilmu dan Teologi

Di Eropa, pemikiran ilmiah banyak dipengaruhi Gereja Katolik. Namun, dunia Islam justru mengalami "ledakan pengetahuan". Tokoh seperti Al-Khawarizmi (aljabar), Ibn Sina (kedokteran), dan Ibn al-Haytham (optik modern) memperkenalkan metode eksperimen yang lebih sistematis. Melalui terjemahan ke bahasa Latin, karya-karya mereka kembali menghidupkan ilmu pengetahuan di Eropa.

Renaisans: Heliocentris dan Metode Induktif

Revolusi besar terjadi ketika Copernicus menantang pandangan geosentris dengan teori heliosentris. Galileo menguatkan dengan bukti teleskop, dan Kepler merumuskan hukum gerak planet. Sementara itu, Francis Bacon memperkenalkan metode induktif---mengumpulkan data empiris sebelum membuat generalisasi. Inilah cikal bakal metode ilmiah modern.

Revolusi Ilmiah: Matematika, Fisika, dan Institusi

Isaac Newton melalui Principia Mathematica memperkenalkan hukum gerak dan gravitasi universal. Sains kian kokoh karena bisa dijelaskan lewat rumus matematis. Pada masa ini pula lahir institusi seperti Royal Society, menandai bahwa sains bukan lagi kerja individu, melainkan kolaborasi terorganisir.

Abad Pencerahan: Rasionalisme dan Spesialisasi Ilmu

Memasuki abad pencerahan, rasionalisme dan empirisme berkembang pesat. Charles Darwin mempublikasikan teori evolusi (1859), sementara Faraday dan Maxwell memperkuat dasar elektromagnetisme. Ilmu mulai bercabang menjadi disiplin khusus: fisika, biologi, kimia, dan lainnya.

Abad ke-20: Relativitas, Kuantum, dan Falsifikasi

Albert Einstein mengguncang dunia dengan teori relativitas, sementara Planck, Bohr, dan Heisenberg merintis teori kuantum. Pemahaman tentang alam semesta berubah drastis. Karl Popper kemudian mengingatkan bahwa sains harus terbuka untuk dibantah (falsifikasi), sedangkan Thomas Kuhn memperkenalkan konsep paradigm shift---loncatan besar dalam sejarah ilmu.

Abad ke-21: Big Data dan Kecerdasan Buatan

Kini kita memasuki era digital. Big data, kecerdasan buatan, dan komputasi kuantum merevolusi penelitian. Kolaborasi global semakin intensif, publik makin dilibatkan melalui akses terbuka, dan fokus penelitian diarahkan pada isu-isu besar: perubahan iklim, kesehatan global, hingga krisis energi.

Sejarah berpikir ilmiah membuktikan bahwa ilmu pengetahuan tidak pernah berhenti berkembang. Dari pengamatan sederhana di masa kuno, melewati pergulatan filsafat dan teologi, hingga bertumpu pada teknologi canggih hari ini. Memahami jejak ini bukan hanya cara menoleh ke masa lalu, melainkan bekal untuk melangkah ke masa depan dengan landasan yang kokoh.

muji.blog.unimma.ac.id

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun