Mohon tunggu...
Muhammad Jasrif Teguh
Muhammad Jasrif Teguh Mohon Tunggu... Apoteker - Praktisi manajemen stratejik, farmasi dan healthcare

Founder IDN-Pharmacare Institute, Apoteker, Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Naga dalam Mitologi Nusantara

31 Desember 2021   22:58 Diperbarui: 8 Januari 2022   17:57 1453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi patung naga di Bandara Yogyakarta International Airport/YIA (Sumber : dok. pribadi)

Sedangkan di Asia, naga tak memiliki sayap, biasanya merupakan simbol kesuburan yang bermanfaat, berkaitan dengan air dan merupakan utusan surga.

Jadi naga bukanlah identitas etnis tertentu katakanlah Cina meskipun sering kita lihat naga biasanya hadir dalam pertunjukkan barongsai ataupun film-film Cina. 

Sering juga kita lihat naga hadir dalam berbagai film Hollywood ataupun Eropa. Seperti film Lord of The Rings, The Hobbit, Game of Thrones, Shang-Chi dan lainnya.

Sedangkan di Indonesia, masyarakat nusantara sejak zaman dahulu memiliki sistem kepecayaan yang dibangun berdasarkan hal-hal yang bersifat gaib. 

Istilah naga berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti ular, naga ataupun makhluk ular yang mendiami air atau dunia di bawah tanah. Di masa lalu, mitos tentang naga telah ada dalam kepercayaan masyarakat.

Misalnya, sebagaimana dikutip dari makalah Diah Meutia Harum, peristiwa alam semacam gerhana matahari jaman dahulu dianggap sebagai peristiwa gaib karena berkaitan dengan kekuasaan naga yang mampu menelan matahari. 

Penduduk lantas lari sembunyi dan laki-lakinya membunyikan kentungan untuk mengusir dan menakuti naga agar ia melepaskan matahari.

Di Lampung, cerita tentang naga tertuang dalam Legenda Kelekup Gangsa yaitu kisah tentang barang pusaka berupa kentungan ajaib yang dimasukkan ke dalam danau Ranau.

Agar tersembunyi dari pandangan orang yang kemudian berubah menjadi seekor naga emas ini menjadi pelindung masyarakat yang memiliki perilaku dan itikad baik, antara lain dengan menjaga keasrian danau. Sebaliknya, menjadi malapetaka bagi mereka yang tamak, angkuh, atau berperilaku tidak baik.

Di Buton ceritanya lain lagi. Naga telah menjadi simbol budaya. Dapat ditemukan pada atap rumah-rumah panggung tradisional dan gedung-gedung perkantoran. Biasanya naga akan bersanding dengan buah nanas. 

Bahkan patung naga telah menjadi ikon pariwisata di kota Bau-Bau. Kepala naga hijau dapat dijumpai di pantai Kamali, sedangkan ekor naganya berada di atas bukit yang berjarak sekitar 5 kilometer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun