Mohon tunggu...
Mujahid Zulfadli AR
Mujahid Zulfadli AR Mohon Tunggu... Guru - terus berupaya men-"jadi" Indonesia |

an enthusiast blogger, volunteer, and mathematics teacher | https://mujahidzulfadli.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Keluarga (Harus) Giat Terlibat Pendidikan Anak

13 Agustus 2018   13:13 Diperbarui: 13 Agustus 2018   13:35 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menemani Anak di Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (dok.Lazuardi Athaillah)

Hal yang dilakukan SMA Negeri 15 Semarang menjadi contoh project nyata hasil rembukan dan kerja banyak pihak. Orang tua dapat mengajar di kelas melalui Program "Orang Tua Mengajar". Tidak hanya sekolah negeri, tapi juga di sekolah swasta. Sekolah Islam Lazuardi Athaillah GIS di Makassar merupakan contoh lain. Pihak sekolah mulai serius menggarap pertemuan rutin semester Class Conference sebagai starting point pendidikan keluarga. Seluruh orang tua dan guru tergabung dalam kelompok-kelompok PTA (Parents Teachers Assosiaction). Salah satu hasilnya, beberapa keluarga murid yang bergelut di bidang UKM (Usaha Kecil Menengah) telah setuju memasarkan produk siswa hasil ekskul kewirausahaan. Tujuannya ikut mengajarkan anak-anak berwirausaha sejak dini.

Perpres ini sejatinya memang memberikan kebebasan pada sekolah mendesain budaya sekolah sesuai dengan kapasitas dan mengikuti kearifan lokal masing-masing. Pada gilirannya, sekolah mengikutkan orang tua, komite sekolah, serta pemangku kepentingan untuk menumbuhkan dan memperkuat karakter siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler, intrakurikuler, dan kokurikuler.

Berdasarkan catatan monev, kemunculan praktik cerdas selama PPK di sejumlah tempat menunjukkan bahwa "pendidikan keluarga" sudah jadi perhatian dan mulai dilihat sebagai "masalah bersama". Beberapa diantaranya ialah terbentuknya paguyuban orang tua per kelas; pelibatan warga sekolah dalam setiap kegiatan; komitmen membawa bekal sehat dari rumah. Mungkin sederhana, tapi sebagaimana layaknya ide baik, praktik ini merupakan tonggal awal sekaligus paling penting yang diharapkan akan terus bergulir dan membesar.

Dr. Joyce Epstein dari Johns Hopkins University menawarkan skema aktivitas pendidikan keluarga dan pelibatan masyarakat dalam pendidikan, diantaranya komunikasi, komunitas, kerelawanan, dan kolaborasi. Bila dirangkai, jadinya begini: komunikasi membentuk komunitas yang melahirkan kerelawanan positif sehingga mengundang banyak pihak yang memiliki tujuan dan visi yang sama untuk berkolaborasi mewujudkan: kemajuan pendidikan.

Berangkat dari keputusan orang tua yang menitipkan anaknya di sekolah, tiap orang tua setidaknya memiliki kepercayaan dan harapan yang sama bagi anak-anaknya. Bermodalkan itu, keterlibatan dengan demikian sangat mungkin untuk dimulai. Konsistensi ini akan berjalan jika seiring waktu tercipta skema relasi antara sekolah dan orang tua atau masyarakat.

Keterlibatan keluarga sejujurnya tidak hanya tentang mencari-cari aktivitas yang harus dilakukan anak ketika sampai di rumah. Itu sekedar satu sisi. Pergulatan panjangnya ialah menemukan strategi tepat yang memicu peningkatan kualitas hubungan orang tua-anak, menaikkan derajat keterlibatan masyarakat terhadap pendidikan, dan menciptakan ekosistem pendidikan kondusif bagi anak.

Setiap orang tua punya pekerjaan rumah agar anak bisa kuat dalam hubungan sosial, emosi, sikap, dan tentu saja prestasi akademik. Dengan demikian, arah pendidikan keluarga lebih pada aspek menguatkan komunitas dan kolaborasi. Tidak lain tidak bukan, pendidikan keluarga tidak bisa bekerja di rumah masing-masing, kuncinya pada inisiatif dan kerja bareng. Generasi handal tidak lahir dengan berpangku tangan, bukan?

#sahabatkeluarga

Bahan bacaan:

  1. JENDELA Pendidikan dan Kebudayaan (2017). Edisi XVIII/Desember. Penguatan Pendidikan Karakter. 
  2. SEDL (2013). Partners in Education. A Dual Capacity-Building for Family-School Partnerships. 
  3. British Educational Research Journal (2015). Family structure instability and the educational persistence of young people in England. 
  4. Journal of School Psychology (2010). Parent--School Relationships And Children's Academic And Social Outcomes In Public School Pre-Kindergarten.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun