Mohon tunggu...
Muja Hidin
Muja Hidin Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa universitas mulawarman

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” ~pramoedya ananta

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Rindu Kedamaian Bumi Pertiwi

25 Juli 2020   16:35 Diperbarui: 25 Juli 2020   16:23 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto galeri pribadi

Karya : aprisa nisa amping (Kader DPK GMNI FKIP)

Bumi pertiwi ini baru saja merdeka,
lalu harus berperang lagi,
aku bisa Melihatmu,  bernafas lega dan bahagia
Tapi kini kau nampak murung seketika
kumpulan tawa riang mu berganti dengan panik, pelik
Tak lagi terlihat cantik merona

Ya Tuhan engkau dengan bala pasukanmu
 yang tak terlihat, Yang membuat kakimu tak lagi,
kokoh berdiri, wajahmu cemas, pucat
seolah tak mampu lagi hidup berdikari
terpidana dalam ruang ketakutan dan harapan

Semuanya dibuat gelisah karena takut
Canda dan tawa terganti pilu
Jalan raya tak seramai biasanya
Tempat berkumpul serasa sunyi
Bahkan manusia enggan untuk berjabat tangan

kini begitu banyak nyawa  terancam
Dia datang  membawa dampak begitu besar
Dibumi pertiwi tercinta
Sungguh membuat merana  dia datang begitu kejam
Puluhan ribu nyawa telah hilang sia sia

Tolong katakan ini hanyalah mimpi buruk
Negeriku, negeri  yang kaya dan cerdas,
Aku berotak melihat kemunduran resesi
Membuat aku tak biasa berbuat apa-apa
Aku yang sedang berada di negeriku
yang pucat dan menggigil

Namun apakah kita akan terus
mengabaikan dan membiarkan
makhluk tak terlihat ini menyebar dengan bebas
memberi ruang untuk di sentuh
dan aku merindukan oksigen yang ku hirup bebas
tanpa sekat penutup di wajah

Kini saatnya saling mendengar Rintihan
jiwa yang menangis  terkurung dalam kesunyian
Menerapkan perintah dan larangan demi nyawa yang berharga
Marilah menundukkan kepala sejenak untuk merenungkan
Bahwa menutup tirai jendela saja tidak cukup.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun