Pontianak, Kamis 6 Maret 2025. Dalam kehidupan ini, setiap manusia memiliki rahasia yang tak ingin diketahui orang lain. Ada kekhilafan, kesalahan, dan dosa yang mungkin pernah kita lakukan, baik sengaja maupun tidak. Namun, betapa Maha Baiknya Allah Ta'ala, Dia menutupi aib-aib kita sehingga kita masih bisa menjalani hidup dengan kehormatan. Lebih dari itu, Allah Ta'ala tidak hanya menutup dosa-dosa kita, tetapi juga membuka pintu taubat selebar-lebarnya. Inilah kasih sayang-Nya yang begitu luas dan dalam.
Allah Menutupi Aib Manusia: Sebuah Anugerah Tak Terhingga
Bayangkan jika setiap kesalahan yang pernah kita lakukan langsung tampak di wajah kita, atau tercatat di papan besar yang bisa dibaca oleh semua orang. Atau dalam bentuk bau busuk di tubuh kita. Akankah kita masih berani bergaul ?. Â Akankah kita masih bisa menatap keluarga, teman, dan masyarakat dengan percaya diri ?. Tentu tidak.
Rasulullah bersabda:
"Barang siapa menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan akhirat."Â
(HR. Muslim, no. 2590)
Hadits ini mengisyaratkan bahwa Allah Ta'ala  adalah As-Sattr, Zat Yang Maha Menutupi. Seburuk apa pun dosa seorang hamba, jika Allah menghendaki, maka dosa itu tetap tersembunyi, tidak terungkap di hadapan manusia. Bahkan di hari kiamat nanti, Allah Ta'ala tetap memberikan kasih sayang-Nya dengan tidak mempermalukan hamba yang sungguh-sungguh bertaubat.
Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya' Ulumuddin menyebutkan bahwa salah satu bentuk kasih sayang Allah adalah tidak terbukanya dosa seorang hamba hingga ia sendiri yang mengungkapkannya. Betapa banyak manusia yang lalai, dan tergelincir dalam dosa, tetapi tetap diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri tanpa harus kehilangan kehormatan di hadapan manusia lainnya.
Dalam sejarah Islam, ada banyak kisah menakjubkan tentang mereka yang Allah Ta'ala tutupi aibnya, dan diberi kesempatan untuk bertaubat. Salah satunya adalah kisah Fudhail bin Iyadh, seorang perampok yang akhirnya menjadi seorang ulama besar.
Dikisahkan bahwa Fudhail pernah menjalani hidup sebagai perampok di jalanan. Suatu malam, saat hendak merampok seorang musafir, ia mendengar lantunan ayat:
"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah...?"
 (QS. Al-Hadid: 16)
Ayat itu menghujam hatinya, membuatnya menangis, dan bertanya pada dirinya sendiri, "Benar, sudah saatnya aku berhenti dari keburukan ini dan kembali kepada Allah."
Sejak saat itu, ia meninggalkan kehidupan gelapnya, belajar ilmu agama, dan menjadi salah satu ulama besar yang dihormati. Kisah ini menjadi bukti bahwa selama seseorang belum menutup pintu taubat, Allah Ta'ala masih memberinya peluang untuk berubah.
Pintu Taubat Selalu Terbuka: Jangan Berputus Asa
Allah Ta'ala tidak hanya menutupi dosa, tetapi juga memberi kesempatan untuk bertaubat. Bahkan, dalam Al-Qur'an, Allah memberikan janji-Nya:
"Katakanlah: 'Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'"Â
(QS. Az-Zumar: 53)
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebut ayat ini sebagai "ayat yang paling memberikan harapan bagi orang berdosa". Tidak peduli seberapa besar dosa seseorang, jika ia bertaubat dengan ikhlas, maka Allah Ta'ala akan mengampuninya.
Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda:
"Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya daripada kegembiraan seseorang yang menemukan kembali untanya yang hilang di padang pasir."
 (HR. Muslim, no. 2747)
Hadits ini menggambarkan betapa besar kasih sayang Allah Ta'ala . Seorang hamba yang kembali kepada-Nya dengan penuh penyesalan akan disambut dengan cinta dan ampunan yang tak terbatas.
Di zaman ini, banyak orang dengan mudah mengumbar dosa-dosanya di media sosial, seolah-olah itu adalah sebuah kebanggaan. Padahal, Rasulullah telah memperingatkan:
"Setiap umatku dimaafkan kecuali orang-orang yang terang-terangan (berbuat dosa)."
 (HR. Bukhari dan Muslim)
Mereka yang sengaja mengungkapkan dosa-dosa mereka tanpa rasa malu berarti menolak anugerah Allah Ta'ala yang telah menutupinya. Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menjelaskan bahwa orang yang membuka aib sendiri seperti orang yang menolak kesempatan bertaubat karena ia telah meremehkan kesalahannya sendiri.
Sebaliknya, tugas kita sebagai seorang Muslim adalah menjaga kehormatan diri, dan orang lain. Jika kita mengetahui aib saudara kita, hendaknya kita menutupinya, bukan menyebarkannya.
Allah Maha Baik. Dia tidak langsung menghukum kita atas dosa-dosa yang kita lakukan, tetapi memberi kita waktu untuk sadar, dan kembali. Jika hari ini kita masih bisa tersenyum tanpa orang tahu aib kita, itu karena kasih sayang Allah. Maka, jangan sia-siakan kesempatan ini.
Mari kita perbanyak istighfar, jaga lisan dan perbuatan, serta bersyukur atas perlindungan yang Allah Ta'ala berikan. Jangan menunggu hingga semuanya terlambat. Pintu taubat masih terbuka, dan Allah selalu menunggu kita kembali dengan penuh cinta.
Semoga kita menjadi hamba yang pandai bersyukur, menjaga kehormatan diri, dan selalu mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala. Aamiin.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI