Mohon tunggu...
Mohammad Rafi Azzamy
Mohammad Rafi Azzamy Mohon Tunggu... Penulis - Seorang Pelajar

Menjadi manusia yang bersyukur dengan cara bernalar luhur dan tidak ngelantur | IG : @rafiazzamy.ph.d | Cp : 082230246303

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Pacaran: Sebuah Penjara akan Cinta Seluas Samudra

28 Juni 2021   03:47 Diperbarui: 28 Juni 2021   06:15 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Memasuki topik mengenai pacaran, apa itu pacaran? Secara umum, pacaran didefinisikan sebagai cinta yang dibungkus oleh hubungan, penulis tak tahu bagaimana terminologi 'pacaran' ini muncul di tengah umat manusia yang sedang menanam cinta. Budaya 'pacaran' ini membuat pandangan bahwa cinta kalau tak menikah yah pacaran, di luar itu hanyalah cinta yang tak sungguh-sungguh.

 Pertanyaan berikutnya, memangnya kenapa kalau cinta tapi tak pacaran? Banyak yang menjawab, yah itu bukan cinta beneran, itu ibarat perasaan yang digantungkan, itu adalah cinta tanpa kepastian, bagaimanapun cinta itu harus dibungkus oleh hubungan. Pandangan ini muncul karena budaya pemaknaan cinta yang terlalu sempit, seperti yang saya katakan di awal tulisan ini, pacaran hanyalah membuat hubungan seluas lautan menjadi sesempit bendungan. Tapi saya lihat ada pembelaan dari kaum 'cinta tanpa pacaran', yakni :

"Mencintai tanpa status, biar tak ada kata putus"

Ilusi Pacaran dan Fantasi Mantan

 Sampai sini kita sudah paham bahwa pacaran hanyalah mempersempit pemaknaan manusia akan percintaan, tapi mengapa budaya pacaran itu dapat bertahan dan justru menghegemoni segala tindak-tanduk percintaan (orang yang sekedar dekat, bisa disebut pacaran, padahal belum.

Yah ilusi jawabannya, pacaran itu adalah fantasi yang diciptakan tatanan sosial yang menuntut harus adanya hubungan di dalam percintaan, fantasi inilah yang membuat manusia-manusia yang mencintai tanpa berpacaran sering mengalami kekhawatiran (bedasarkan pengalaman penulis, kebanyakan perempuan).

 Mereka menganggap bahwa percintaan tanpa pacaran, adalah suatu kegiatan yang sia-sia dan tanpa kepastian, padahal pacaran sendiri adalah ilusi, ia juga tak bersifat pasti. Seolah pacaran adalah satu-satunya paradigma yang digunakan manusia dalam menjalani percintaan.

 Ketika manusia yang berpacaran putus, timbulah istilah 'mantan', istilah ini digunakan tuk menyebut manusia yang pernah berpacaran dengan kita, apa maknanya? Kosong menurut saya, karena istilah 'mantan' lahir dari rahim 'pacaran', maka ia hanyalah fantasi belaka, saya tertarik untuk mereview beberapa quots mengenai mantan, yakni :

(Q1)"Balikan dengan mantan itu ibarat meludah lalu menjilat ludah itu kembali"
(Q2)"Mantan itu awalnya manis, akhirnya sadis"
(Q3)"Tak boleh ada sedikitpun cinta kepada mantan, karena ia telah mengkhianati cinta kita"

 Saya sudah menyediakan bantahan atas quots di atas, yakni :

Q1. Apa salahnya balikan dengan mantan?  Menjilat ludah kembali? Yah itu cintamu di mulut saja berarti, cintaku di dalam hati, kalau dikecewakan pun cintaku masih mengalir di dalam nadi. Kembali bersama mantan bukan berarti menjilat ludah kembali, hanya mengisi kembali hati kosong yang tak berpenghuni.
 
Q2. Yah semua orang mah bisa seperti itu, bukan mantan saja, sia-sia mengeluarkan anggapan demikian.

Q3. Pacaran dan mantan itu hanyalah ilusi, cinta jangan dibendung oleh pacaran, kalaupun dia sudah menjadi mantan, pecahkan penjara itu, kalian akan tetap satu samudra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun