PERTEMUAN YANG BIASA SAJA
Bilal tak pernah suka duduk di barisan depan kelas. Terlalu dekat dengan dosen, terlalu mudah disuruh-suruh. Ia selalu duduk di baris ketiga dari belakang, dekat jendela. Tersembunyi dan nyaman.
Nadya, di sisi lain, adalah gadis yang suka tempat duduk dekat colokan. Apalagi kalau kelasnya siang, bisa sambil nge-charge handphone. Hari itu, kebetulan tempat favoritnya penuh, dan satu-satunya colokan kosong ada di sebelah Bilal. Tanpa banyak kata, dia duduk.
"Jangan bising, ya." ujar Bilal sambil tetap menatap ke luar jendela.
Nadya mengernyit. "Emang aku mau ngajak ngobrol?"
Mereka saling melirik sekilas. Sekilas saja. Lalu diam kembali.
Dan begitulah awalnya.
PERHATIAN YANG TAK DIUNGKAPKAN
Di kelas, Nadya mulai sering duduk di sebelah Bilal. Alasannya sih tetap, "dekat colokan." Tapi kadang colokannya kosong, dia tetap duduk di situ. Bilal diam-diam menyadari. Tapi ya, gengsi. Nggak komentar.
Di selter Bilal bawa roti isi lebih. Dua bungkus. Katanya, "Beli dua karena diskon, kalau mau ambil aja."