Dalam membenahi sistem pendidikan, kita pun tidak perlu terburu-buru. Kita sering kali tergoda untuk meniru sistem luar negeri yang tampak lebih modern.Â
Padahal, Indonesia memiliki kondisi, budaya, dan tantangan sendiri. Perubahan sebaiknya dilakukan bertahap, terukur, dan matang.Â
Jangan hanya mengejar citra kemajuan, tetapi pastikan setiap tahapan benar-benar mengakar dan bisa dirasakan dampaknya.
Kita perlu memperbaiki yang sudah ada terlebih dahulu---memperkuat pelatihan guru, menstabilkan kebijakan, menyederhanakan kurikulum, serta membangun ekosistem belajar yang membuat setiap anak merasa dihargai.
Belajar dari negara lain memang penting, tetapi yang lebih penting adalah memanusiakan pendidikan kita sendiri. Kita tidak sedang membangun mesin, kita sedang membentuk manusia.
Indonesia membutuhkan sistem pendidikan yang baku namun fleksibel---tidak mudah berubah setiap kali ada pergantian pemimpin, namun tetap mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.Â
Konsistensi arah sangatlah penting, agar semua pelaku pendidikan tidak terus-menerus dipaksa menyesuaikan diri dengan kebijakan baru yang belum tentu siap diimplementasikan.
Ki Hadjar Dewantara telah memberi kita warisan pemikiran yang kuat: pendidikan adalah tuntunan, bukan paksaan. Maka, mari kita jadikan pendidikan Indonesia sebagai ruang yang membebaskan, bukan menekan.Â
Yang menyentuh hati, bukan sekadar memenuhi target nilai. Yang membentuk manusia seutuhnya---berpikir, merasa, dan berkarakter.
Karena pada akhirnya, pendidikan yang baik tidak hanya mencetak lulusan, tetapi membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Dan di tangan merekalah, masa depan bangsa ini akan tumbuh dan dititipkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI