Dan, Tuhan sudah merencanakan keajaiban itu. Dayang-dayang yang beberapa hari kehilangan keriangan masa liburan karena Tuan Putrinya dilanda asmara berusaha mencari siapa orang yang memasang lukisan sialan itu. Akhirnya, mereka menangkap Syapur saat pesuruh Khusrau ini sedang beristirahat di bawah pohon. Syapur pun dihadapkan pada Syirin.
Syirin bertanya siapa dirinya, dari mana asalnya, dan apa yang dilakukannya di dekat perkemahannya. Syapur memberi salam hormat sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan Syirin.
"Nama hamba Syapur. Hamba adalah seorang musafir. Jika Tuan putri menanyakan asal saya, saya dari Kerajaan Persia," jawab Syapur penuh hormat.
Didesak keingintahuan terhadap lukisan yang ditemukannya di pohon, Syirin menyodorkan lukisan itu ke Syapur.
"Seseorang meletakkan lukisan aneh itu di pohon kenari dekat sini. Adakah engkau tahu siapa yang melakukannya. Atau, tahukan kamu siapa lelaki yang ada di lukisan itu?"
Syapur menutupi kegirangannya sambil berpura-pura heran.
"Hah, mengapa lukisan ini ada di sini? Ini adalah lukisan Pangeran Khusrau dari Persia. Saya tahu, pangeran mulia ini adalah orang yang paling gagah berani juga bijaksana."
Kemudian, lukisan itu dihaturkan kembali ke Syirin, sambil berkata:
"Hamba merasa terhormat ada di istananya dan menemaninya bertahun-tahun. Saya adalah sahabat dan masih kerabat dekatnya, Tuan Putri."
Syirin tak lagi ingat bahwa Syapur ditangkap untuk mencari tahu tentang siapa orang yang meletakkan lukisan misterius di pohon kenari. Dia malah penuh semangat mendesak Syapur untuk bercerita tentang Pangeran Khusrau.
Sama seperti saat ia menceritakan Syirin ke Khusrau, begitu pula ia menceritakan sosok Khusrau pada Syirin.