Maka perubahan yang diharapkan tidak memiliki hubungan langsung dengan pergantian kepemimpinan negeri ini. Pada kenyataannya, kedatangan orang ke TPS hanyalah sebagai seremonial belaka. Ya, daripada dibilang warga negara yang tidak peduli, mending datang ke tempat pemilihan walaupun tidak disertai keyakinan.
Apakah setiap pemilih memiliki informasi yang cukup sebagai dasar untuk menentukan pilihan? Apakah informasi yang diterima dapat dipertanggungjawabkan sehingga benar-benar menjadi bahan pertimbangan?
Informasi sebagai bahan pertimbangan tidaklah cukup sebagai faktor penentu dalam menentukan pilihan. Bisa saja, informasi malah membingungkan. Atau, informasi sengaja disebarkan untuk membuat bingung.
Coba tengok media massa dan -tentu saja sosial media-, berseliweran informasi bisa saja mengubah arah jalan pikiran seseorang. Bisa juga, membanjirnya informasi justru meyakinkan pikiran orang untuk tetap pada pendiriannya semula. Informasi, -terlepas kebenarannya-, nyatanya hanya menjadi komoditi alias 'barang dagangan'.
Saya tidak terlalu suka kondisi dimana informasi yang membanjiri media sehingga tidak bisa dibedakan antara mana informasi berguna dan mana sampah. Informasi menjadi tidak bisa lagi dijadikan acuan dalam menentukan keputusan.
***
Kebingungan dalam pikiran bisa terobati dengan banyak berdo'a. Kita sendiri tahu, hanya pada Alloh kita berpangku bukan pada sekelompok orang yang belum tentu mau membantu.