Mohon tunggu...
Muhammad Yunus
Muhammad Yunus Mohon Tunggu... Akuntan - Orang desa yang punya sedikit cita-cita diibukota

Tidak ada yang istimewa selain diciptakan sebagai makhluk yang sempurna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Museum Bapak Republik Tan Malaka yang Terbengkalai

16 Desember 2019   13:12 Diperbarui: 17 Desember 2019   17:31 1613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seminggu setelah kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan, desas-desus Soekarno-Hatta sebagai war criminal, penjahat perang dipropagandakan oleh Inggris sebagai upaya Inggris untuk menangkap dan mengadili Soekarno-Hatta ke Mahkamah Internasional karena telah membantu sekutu, Jepang dalam menciptakan perang dunia kedua.

Menyikapi itu Soekarno menulis wasiat kalau tiada berdaya lagi maka mereka, Soekarno-Hatta, akan menyerahkan pimpinan revolusi itu kepada Tan Malaka.

Demikianlah kesimpulan wasiat dari proklamator Republik Indonesia menurut Mr. Soebarjo, Menteri Urusan Luar Negeri saat itu. Namun Hatta meminta Soekarno mengoreksi dan menambahkan Sjahrir, Iwa Kusumasumantri, dan Wongsonegoro ke dalam wasiat itu.

Mengapa Tan Malaka begitu istimewa?

Tan Malaka memiliki pemikiran yang jauh ke masa depan. Dia adalah seorang pejuang. Polyglot. Menguasai Bahasa Belanda, Inggris, Jerman, Mandarin, sampai Tagalog. Tan Malaka adalah seorang pejuang yang keluar-masuk penjara. Diburu dan diintai polisi internasional.

Ia mengembara dari satu negara ke negara berikutnya. Dari Belanda, Jerman, Rusia, Filipina, Thailand, Burma, China, Malaysia, dan Singapura. Tiada alasan lain selain mewujudkan Indonesia merdeka tapi karena itu pulalah dia dikejar dan diburu.

Tan Malaka dikenal sebagai Bapak Republik kerena beliaulah yang pertama kali mencetuskan buku Naar de Republiek Indonesia (Menuju Indonesia Merdeka) 20 tahun sebelum Republik Indonesia merdeka.

Melalui bukunya itu para pejuang di Tanah Air semakin bergelora dan mengadopsi buku-buku pergerakan Tan Malaka lainnya seperti masa aksi. Bahkan Soekarno sekalipun membaca dan mengejahwantahkannya.

Sejatinya Tan Malaka adalah Ibrahim, datuk dari Raja Adat Bungo Setangkai Sumatera Barat yang membawahi tiga kenegarian yakni; Suliki, Kurai, Pandam Gadang. Membawahi 4 datuk pucuk adat serta 141 datuk suku adat.

Tan Malaka yang dianggap sebagai seorang komunis ini adalah seorang anak Minang yang belajar dan hobi bersilat di tepi halaman surau. Tan Malaka pernah menantang thesis Lenin yang mengatakan bahwa komunisme perlu melakukan perjuangan melawan gerakan islamisme.

Berbeda dengan Tan Malaka, sebagai komintern Asia Tenggara Tan Malaka berpidato pada kongres komunis internasional keempat dengan dalil bahwa sudah saatnya komunisme bekerja dengan pan-islamisme bukan dengan cara memboikot.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun