Ngopi alias nyeruput kopi, akhir-akhir ini makin trendy. Dulu, kopi dianggap minuman para buruh dan petani. Kini, kalangan the have sudah menganggap ngopi sebagai bagian gaya hidup.Â
Lebih-lebih setelah beberapa situs di dunia maya mempublikasikan khasiat kopi bagi kesehatan. Misalnya, minum kopi secara rutin dalam jumlah sedang dapat menurunkan risiko penyakit jantung dan stroke.
Ada juga yang menyatakan kandungan kafein dan antioksidan dalam kopi membantu meningkatkan sensitivitas insulin. Bahkan, kopi bisa membantu meningkatkan daya ingat dan menurunkan risiko Alzheimer serta Parkinson.
Alhasil berkembang narasi, "nggak ada kopi, nggak ada cerita." Hanya saja pilihan kopi setiap orang berbeda-beda. Ada penyuka kopi robusta, dan tidak sedikit pula menyukai kopi arabika.Â
Mayoritas pengopi di tanah air lebih memilih kopi yang harganya murah. Umumnya mereka tidak mengutamakan rasa, yang penting warnanya hitam pekat dan kental.Â
Padahal, unsur kopi yang mereka minum hanya 10%. Sisanya (barangkali) sudah dicampur jagung, beras, pinang, gula merah, dan gambir.
Sebaliknya konsumen kopi arabika mengutamakan rasa dan aroma, bukan warna atau kekentalan. Makanya saat diseduh dalam gelas, warna kopi arabika lebih kecoklat-coklatan. Memang harga per gelasnya lebih mahal, karena diroasting menggunakan biji kopi asli 100%. Tanpa dicampur dengan bahan lain.Â
Seperti apa rasa kopi arabika? Karena setiap pagi nyeruput kopi arabika Gayo, saya mencoba mendeskripsikan rasa kopi arabika Gayo.
Kopi arabika Gayo dikenal dengan aroma kuat, sering kali dengan sentuhan nutty dan rempah. Ada nuansa daun atau tanah basah, kayu manis, atau rempah-rempah ringan yang memberi kedalaman rasa.
Tidak seperti banyak kopi arabika lain, kopi arabika Gayo cenderung memiliki tingkat keasaman yang ringan, cocok untuk yang tidak suka rasa asam menyengat.