Mohon tunggu...
Syukri Muhammad Syukri
Syukri Muhammad Syukri Mohon Tunggu... Menulis untuk berbagi

Orang biasa yang ingin memberi hal bermanfaat kepada yang lain.... tinggal di kota kecil Takengon

Selanjutnya

Tutup

Nature

Petik Kopi Ditengah Ancaman Ulat Bulu

7 April 2014   04:48 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:59 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_318856" align="alignright" width="300" caption="Ulat bulu diantara buah kopi yang siap petik."][/caption]

Di Indonesia, petani termasuk salah satu pilihan pekerjaan yang terendah. Setelah seseorang tidak diterima (tidak lulus) di lapangan pekerjaan yang lain, biasanya mereka beralih menjadi petani. Demikian pula halnya dengan petani kopi di Aceh Tengah, mereka menjadi petani karena tidak memiliki keterampilan dibidang yang lain.

Bekerja sebagai petani kopi sama dengan bekerja dalam resiko. Resiko paling menyedihkan yang dialami petani ketika anjloknya harga jual kopi. Akibatnya, biaya produksi tak tertutupi. Sedangkan resiko yang paling menyakitkan ketika tubuh petani disengat binatang berbisa atau terkena bulu ulat.

Sore tadi, Minggu (6/4/2014), kompasianer mencoba mewawancarai seorang perempuan pemetik kopi bernama Inen Dyan (48) di ladangnya, Kampung Atang Jungket, Kecamatan Bies, Aceh Tengah. Sebenarnya, fokus wawancara sore itu terkait panen dan perkembangan harga jual kopi ditingkat petani.

Dia dan suaminya setuju untuk bertemu kompasianer di ladangnya yang terletak tidak jauh dari Kantor Camat Bies. “Kami di kebun, datang aja kesini, kebetulan jeruk keprok lagi berbuah nih,” undang suami Inen Dyan melalui telepon seluler.

Begitu tiba di depan ladang kopi Inen Dyan, tiba-tiba menyeruak sesosok perempuan dari sela-sela pohon kopi. Dipinggangnya terikat karung plastik yang sudah penuh biji kopi berwarna merah. Kaget luar biasa! Kompasianer berusaha mengenali sosok itu, ternyata dia adalah Inen Dyan.

Anehnya, wajah Inen Dyan tidak semulus biasanya tetapi sudah bengkak seperti orang terserang alergi. Bukan hanya wajahnya yang bengkak-bengkak, kedua tangannya juga terlihat bengkak dan memerah. Tangannya menggaruk-garuk wajah dan lehernya yang makin merah dan bengkaknya makin banyak.

Inen Dyan sepertinya memahami keheranan kompasianer, “bengkak ini terkena bulu ulat, resiko petani saat memetik kopi,” jelasnya sambil mempersilahkan kompasianer mampir ke gubuknya.

Dalam gubuk ukuran 3x3 itu, terlihat suami Inen Dyan sedang menuangkan buah kopi hasil petikannya kedalam karung ukuran 100 Kg. Wajah lelaki paruh baya berkulit kuning langsat itu juga terlihat bengkak-bengkak, sama seperti wajah isterinya. Keduanya pasti terkena racun ulat bulu, tebak kompasianer dalam hati.

[caption id="attachment_318858" align="alignright" width="300" caption="Ulat bulu juga doyan makan kulit merah buah kopi."]

1396795632360088947
1396795632360088947
[/caption]

Melihat kondisi wajah dan tangan kedua petani kopi itu, rasanya kurang tepat berbincang tentang perkembangan harga jual kopi. Kompasianer malah ingin memastikan penyebab alergi yang menimpa kedua petani kopi itu. Sungguh kasihan melihat tampilan mereka, rasanya tidak sebanding dengan harga kopi yang dipetiknya.

Menurut Inen Dyan, alergi itu disebabkan oleh bulu ulat yang terpapar ke wajah dan tangannya saat memetik kopi. Rasanya sangat gatal. Kalau rasa gatal itu digaruk, maka racunnya melekat di kuku kita. Saat bagian tubuh yang lain digaruk, maka racun itu pun menular. Makin sering digaruk, maka bengkaknya makin meluas, bisa ke seluruh tubuh.

Dia menambahkan, di dahan dan daun kopi sangat banyak ulat bulu. Bentuknya berbagai model, rata-rata ukurannya kecil dan warnanya mirip daun atau batang kopi. Ulat bulu itu mampu melakukan penyamaran. Sering juga ditemukan ulat bulu itu sedang memakan kulit buah kopi. Sering juga saat memetik buah kopi, jari tangan ikut memegang ulat bulu tersebut.

“Kalo ulat bulu itu terlihat, enggak mungkin buah itu yang dipetik, bulunya sangat gatal” imbuh Inen Dyan sambil mempersilahkan meminum secangkir kopi panas.

Perempuan paruh baya itu mengingatkan, saat memetik buah kopi harus sangat hati-hati dengan ulat bulu yang oleh petani kopi di Aceh Tengah dinamai Sesongot. Tubuh ulat yang bernama Sesongot itu berwarna hijau. Diatas tubuhnya terdapat sejumlah bulu tegak berwarna hitam, mirip rambut manusia.

Ketika bagian tubuh kita terkena bulu tegak itu, rasanya sangat sakit. Tubuh kita langsung meriang. Kalau tidak diobati, maka tubuh kita akan meriang sampai seminggu. Otot disekitar bekas sengatan bulu ulat Sesongot itu akan mengeras.

“Obat tersengat Sesongot itu sebenarnya mudah, pecahkan tubuh ulat itu, lalu oleskan cairan tubuh ulat itu ke bagian tubuh kita yang tersengat. Lima detik kemudian, sembuh,” jelas Inen Dyan.

[caption id="attachment_318857" align="alignright" width="300" caption="Memetik kopi organik dalam ancaman ribuan ulat bulu dan binatang berbisa."]

1396795561917479038
1396795561917479038
[/caption]

Sedangkan alergi akibat terkena bulu ulat yang lain, menurut Inen Dyan, sebaiknya jangan digaruk atau diraba. Diamkan saja. Beberapa menit kemudian, rasa gatalnya akan hilang sendiri. Namun, kalau sudah bengkak-bengkak seperti wajah mereka, obatnya oleskan minyak goreng yang dicampur dengan garam. Besok pagi sudah normal kembali. Namun, bekasnya masih tetap ada.

“Makanya wajah dan tangan petani kopi jarang ada yang mulus, pasti ada bekas korengannya,” kelakar Inen Dyan.

Mengingat rasa gatal dan alergi karena bulu ulat dapat merusak kulit wajah, sebenarnya Inen Dyan tidak suka menjadi petani kopi. Namun, lanjutnya, mereka tidak punya pilihan pekerjaan lain. Keterampilan mereka hanya bertani, terpaksa mereka bekerja didalam ancaman ribuan ulat bulu. Kalau tidak memetik kopi, pasti keluarganya tidak makan. Itulah nasib petani kopi organik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun