Mohon tunggu...
Muhammad Syahrul Falah
Muhammad Syahrul Falah Mohon Tunggu... mahasiswa IAIN Pekalongan

follow ig @falahgopal

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keunikan Tradisi Kliwonan di Indonesia

27 Desember 2021   12:27 Diperbarui: 27 Desember 2021   12:47 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia, negeri yang terkenal mempunyai banyak tradisi khususnya di Pulau Jawa. Tradisi mempunyai arti tentang suatu hal yang berkaitan antara masa lalu dengan masa kini yang menunujukkan  kepada sesuatu yang diwariskan oleh masa lalu, akan tetapi masih berwujud dan dilakukan di masa sekarang. 

Di dalam suatu tradisi, manusia saling berhubungan antara satu sama lain yang dimana manusia mengatur bagaimana bertindak, berperilaku, dan mengembangkan suatu tradisi tersebut sehingga masih berjalan sampai sekarang.

Dalam suatu tradisi terdapat keunikan di setiap daerah nya, seperti contohnya yang terdapat di desa Wonoyoso, Kecamatan Buaran, Kabupaten Pekalongan. 

Ada suatu tradisi yang sudah turun-menurun dan dikenal banyak orang, yaitu tradisi Pasar Jumat Kliwon yang diadakan setiap hari Jumat Kliwon. 

Adapun keunikan dari tradisi pasar jumat kliwon ini terletak pada air sumur Masjid Jamik yang kebanyakan masyarakat beranggapan bahwa air sumur itu keramat.

Pada awalnya air sumur itu digunakan untuk berwudu oleh para jamaah masjid, Selain itu air sumur juga dapat dikatakan bisa menyembuhkan beberapa penyakit ringan, mengabulkan hajat serta dapat menolak balak. Banyak orang yang sudah membuktikan khasiat air sumur tersebut, bahkan ada perkataan dari orang tua terdahulu  yang menyatakan bahwa sumur tersebut tembus sampai mekkah sehingga dikatakan sumur keramat.

Di samping itu, ada suatu hari yang dimana juga orang-orang yang datang untuk mengambil air sumur itu yaitu setiap hari Rabu terakhir bulan Safar (bulan Hijriyah). 

Tak hanya itu, takmir masjid jamik berpendapat bahwa ada beberapa orang yang alim dan bersih hatinya itu dapat melihat air sumur seperti mendidih keatas. 

Tentunya orang-orang biasa tidak akan bisa melihat dengan mata telanjang. Orang-orang biasa menyebut hari itu dengan nama "Rebo Pungkasan".

Selain banyak orang yang datang, para pedagang juga ikut datang untuk menjual dagangannya. Bahkan keramaiannya sampai mengakibatkan arus lalu lintas menjadi macet, sehingga pasti ada petugas dari kepolisian setempat yang turut mengamankan agar tidak terjadi kemacetan yang panjang.

Namun, tradisi ini untuk sementara di tunda oleh pemerintah desa seiring menyebarnya wabah pandemic covid19. Kepala desa pun menghimbau kepada warga yang datang untuk selalu mamakai masker dan menjaga jarak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun