Hadis merupakan sumber hukum kedua dalam ajaran Islam setelah Al-Qur'an, yang memainkan peran penting sebagai pedoman hidup umat Muslim. Selain berfungsi menjelaskan kandungan Al-Qur'an, hadis juga menjadi fondasi dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam secara menyeluruh (Simanjuntak et al., 2023). Sejak masa awal perkembangan Islam hingga kini, perhatian para ulama terhadap hadis sangat besar. Hal ini terlihat dari banyaknya karya ilmiah yang ditulis mengenai hadis---jumlahnya bahkan melampaui kitab-kitab tafsir (Al-Bukhari, 2020; Arifin, 2020).
Namun demikian, tidak semua hadis dapat diterima langsung sebagai dasar hukum atau rujukan dalam beramal. Para ulama telah menyadari adanya perbedaan tingkat keabsahan dan keotentikan hadis (Abbas, 2024). Oleh karena itu, diperlukan sistem klasifikasi untuk menilai kualitas setiap hadis. Umumnya, hadis diklasifikasikan menjadi tiga kategori utama, yaitu sahih, hasan, dan dhaif (Ibn Kathir, 2019).
Hadis sahih berada pada tingkat tertinggi dalam kualitas, karena memenuhi syarat-syarat ketat seperti keadilan perawi dan ketelitian dalam periwayatannya (Makmur & Muhammad Ismail, 2021). Hadis hasan memiliki kualitas yang baik, meskipun sedikit di bawah hadis sahih karena adanya kelemahan ringan pada sisi kedhabitan perawinya. Sementara itu, hadis dhaif adalah hadis yang memiliki kelemahan dalam sanad atau matannya, sehingga umumnya tidak dijadikan hujah kecuali dalam kondisi-kondisi tertentu (Nurdin & Fajar Shodik, 2019).
Kajian tentang klasifikasi hadis berdasarkan kualitasnya memiliki urgensi yang tinggi, karena dapat membantu umat Islam memahami mana hadis yang layak dijadikan pedoman. Pemahaman ini penting untuk menghindari kesalahan dalam mengamalkan hadis yang tidak valid secara ilmiah.
Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan secara komprehensif mengenai pembagian hadis berdasarkan tingkat keabsahannya, meliputi kategori sahih, hasan, dan dhaif. Pembahasan akan mencakup definisi, ciri-ciri, syarat-syarat, serta implikasi dari masing-masing kategori. Diharapkan, kajian ini dapat memperluas wawasan pembaca tentang ilmu hadis dan membantu penerapannya secara bijak dalam kehidupan sehari-hari.
Metode
Penelitian ini menerapkan pendekatan kualitatif dengan metode studi pustaka (library research). Pendekatan ini dipilih untuk mengeksplorasi secara mendalam konsep, klasifikasi, dan analisis hadis berdasarkan tingkat keotentikannya, yakni hadis sahih, hasan, dan dhaif. Studi pustaka bertujuan menggali informasi dari berbagai sumber tertulis yang relevan dan otoritatif.
Adapun tahapan penelitian ini meliputi:
1. Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dari dua jenis sumber, yaitu literatur primer dan sekunder. Literatur primer mencakup kitab-kitab hadis terkemuka seperti Sahih Bukhari, Sahih Muslim, serta karya ulama hadis klasik seperti Ibnu Hajar al-Asqalani melalui Fathul Bari, dan Jalaluddin al-Suyuthi dalam Tadrib al-Rawi. Sementara itu, literatur sekunder meliputi buku-buku pengantar ilmu hadis, artikel ilmiah, serta jurnal yang mengulas topik klasifikasi hadis.