Mohon tunggu...
muhammadreichard
muhammadreichard Mohon Tunggu... Wiraswasta

41123110116 Kampus Universitas Mercu Buana Meruya | Fakultas Teknik | Prodi S1 Teknik Sipil | Pendidikan Anti Korupsi dan Kode Etik UMB I Dosen Pengampu : Prof. Dr. Apollo Daito, S.E, AK., M.Si, CIFM, CIABV, CIABG

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram Pada Pencegahan Korupsi dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

24 Februari 2025   00:23 Diperbarui: 24 Februari 2025   00:23 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prinsip yang terakhir ini bukan berarti hidup dengan sembarangan atau tanpa arah, melainkan menjalani kehidupan dengan penuh kesadaran, rasa nyaman, dan ketenangan jiwa. Prinsip ini mengajarkan pentingnya menghadapi hidup dengan bijaksana, tidak terburu-buru, serta mampu menemukan kebahagiaan dalam setiap momen kecil yang dijalani. Kehidupan yang seimbang akan tercapai ketika seseorang mampu menerima setiap keadaan dengan lapang dada, tanpa terus-menerus dibebani oleh ambisi yang berlebihan atau tekanan sosial yang tidak perlu.  Memiliki sikap legawa bukan berarti pasrah tanpa usaha, tetapi lebih kepada kemampuan untuk membedakan antara hal-hal yang bisa diubah dan yang tidak. Seseorang dianjurkan untuk memahami batas kemampuan dirinya, sehingga ia tidak memaksakan diri untuk mencapai hal-hal di luar jangkauannya. Dengan demikian, ia dapat terhindar dari stres, kekecewaan, atau kelelahan emosional yang mungkin muncul ketika harapan tidak sesuai dengan kenyataan.  Prinsip ini juga mendorong seseorang untuk menjalani hidup dengan lebih rileks, menikmati setiap proses yang ada, dan tidak terlalu fokus pada hasil akhir. Dalam kehidupan sehari-hari, hal ini dapat diterapkan dengan cara memberikan penghargaan pada pencapaian kecil, menikmati waktu bersama keluarga dan teman-teman, atau sekadar meluangkan waktu untuk diri sendiri tanpa merasa bersalah. 

Selain itu, sikap menerima kehidupan sebagaimana adanya akan membantu seseorang tetap tenang di tengah perubahan yang tidak terduga. Ketika dihadapkan pada situasi sulit, ia tidak mudah panik atau merasa tertekan, tetapi mampu melihat sisi positif dari setiap kejadian. Dengan fokus pada hal-hal yang dapat dikendalikan, seseorang akan lebih mudah menemukan kebahagiaan dalam kesederhanaan, menghargai proses kehidupan, serta merasakan kedamaian batin yang lebih mendalam. Prinsip ini tidak hanya menciptakan kehidupan yang lebih harmonis dan bebas dari beban berlebihan, tetapi juga membantu seseorang menjadi pribadi yang lebih tangguh, sabar, dan optimis dalam menghadapi setiap fase kehidupan.

Ajaran Ki Ageng Suryomentaram memiliki hubungan yang erat dengan upaya pencegahan korupsi, khususnya melalui penerapan konsep kesadaran diri yang dikenal sebagai Kawruh Jiwa(Meruhi awakipun piyambak). Kawruh Jiwa adalah sebuah ajaran yang mendalam dan penuh filosofi, yang tidak hanya mengarahkan seseorang untuk memahami dirinya sendiri, tetapi juga mendorong individu untuk mengenal dirinya dengan jujur, tepat, dan benar. Melalui ajaran ini, seseorang diajak untuk melakukan refleksi diri, mencari makna hidup, serta mengenali berbagai emosi, kebutuhan, dan keterbatasannya. Proses ini tidak hanya memberikan wawasan yang lebih luas tentang kehidupan, tetapi juga memperkaya jiwa dengan nilai-nilai kebijaksanaan dan kematangan berpikir.

Konsep kesadaran diri dalam Kawruh Jiwa memiliki sifat yang universal, tidak terpengaruh oleh faktor eksternal seperti lokasi, waktu, atau kondisi lingkungan (mboten gumantung papan, wekdal, lan kawontenan). Dengan kata lain, siapapun dan di manapun seseorang berada, pemahaman diri yang mendalam akan membantunya tetap konsisten dalam menjunjung nilai-nilai kebenaran. Individu yang telah mencapai tingkat kesadaran ini akan mampu bersikap bijak, adil, dan tenang dalam menghadapi berbagai situasi hidup, tanpa mudah terpengaruh oleh perubahan keadaan atau godaan duniawi. Lebih jauh lagi, memiliki kesadaran diri yang kuat juga berarti memiliki kemampuan untuk menghadapi tekanan sosial dan pengaruh negatif dari lingkungan sekitar. Seseorang yang benar-benar memahami dirinya akan memiliki prinsip hidup yang teguh dan tidak mudah terjerumus dalam tindakan korupsi atau penyalahgunaan kekuasaan. Setiap keputusan yang diambil selalu dilandasi oleh integritas, kesadaran penuh, dan pertimbangan yang bijaksana, sehingga ia mampu menjaga martabat diri dan mempertahankan kepercayaan dari orang lain.

Ajaran ini juga menggarisbawahi pentingnya menjaga keseimbangan batin dan kedewasaan emosional dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ketika seseorang mampu mengenal dirinya dengan baik, ia akan menjalani hidup dengan lebih damai, penuh makna, dan selalu berpegang teguh pada nilai-nilai kebenaran. Sikap ikhlas dan penerimaan diri dalam menghadapi setiap proses kehidupan akan membentuk karakter yang tidak hanya tangguh secara mental tetapi juga lembut dalam berinteraksi dengan sesama. Setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh individu yang menerapkan Kawruh Jiwa akan selalu berlandaskan pada kejujuran dan kebijaksanaan. Sikap ini tidak hanya memberikan manfaat bagi dirinya sendiri, tetapi juga memberikan pengaruh positif bagi lingkungan sekitarnya. Dengan menjadi teladan dalam bersikap dan bertindak bijak, individu tersebut turut berperan dalam membangun budaya integritas dan keadilan di tengah masyarakat, yang menjadi fondasi penting dalam mencegah praktik korupsi dan mewujudkan kehidupan yang lebih harmonis dan beretika.

Mengapa prinsip kebatinan Ki Ageng Suryomentaram dianggap cocok untuk mencegah praktik korupsi? 

Ki Ageng Suryomentaram menegaskan bahwa kesadaran diri, kejujuran, dan pengendalian hawa nafsu merupakan pilar utama dalam membangun integritas pribadi yang kokoh. Kesadaran diri tidak hanya sekadar mengenali siapa diri kita, tetapi juga melibatkan proses mendalam dalam memahami nilai-nilai moral yang hakiki. Melalui refleksi diri yang jujur, seseorang dapat membedakan mana tindakan yang benar dan mana yang salah, serta mempertimbangkan dampak dari setiap keputusan yang diambil terhadap diri sendiri maupun orang lain. Kejujuran berperan sebagai fondasi penting dalam membangun hubungan yang sehat dan harmonis, baik dalam lingkup pribadi maupun sosial. Seseorang yang jujur akan selalu berusaha untuk bersikap transparan dan bertanggung jawab atas setiap ucapannya, sehingga menciptakan rasa saling percaya dan membangun kredibilitas di mata orang lain. Lebih dari itu, kejujuran juga mencerminkan sikap rendah hati dan keberanian untuk menerima kenyataan, meskipun terkadang pahit atau tidak sesuai dengan harapan. 

Kemampuan mengendalikan hawa nafsu menjadi aspek krusial dalam menjaga kestabilan emosional dan moral seseorang. Hawa nafsu yang tidak terkontrol sering kali menjadi pemicu berbagai tindakan negatif, seperti keserakahan, ambisi yang berlebihan, atau perilaku egois yang hanya mementingkan kepentingan pribadi tanpa mempedulikan dampaknya bagi orang lain. Dengan memiliki pengendalian diri yang baik, seseorang mampu menahan diri dari godaan yang merugikan, tetap berpijak pada prinsip-prinsip kebenaran, dan tidak mudah tergoda oleh hal-hal yang bersifat duniawi.   Ajaran Ki Ageng Suryomentaram ini sangat relevan dalam konteks pencegahan korupsi. Korupsi pada dasarnya berakar dari hilangnya integritas, yang dipicu oleh lemahnya kesadaran diri, kurangnya kejujuran, dan ketidakmampuan mengendalikan hawa nafsu, terutama dalam hal keinginan untuk memperoleh keuntungan pribadi secara tidak sah. Dengan menerapkan nilai-nilai yang diajarkan Ki Ageng Suryomentaram, seseorang akan memiliki benteng moral yang kuat, mampu menolak segala bentuk godaan korupsi, dan berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil, transparan, dan bebas dari praktik korupsi.

Ki Ageng Suryomentaram mengajarkan betapa pentingnya memiliki pemahaman diri yang jujur dan mendalam, termasuk mengenali perbedaan antara kebutuhan yang nyata dan keinginan yang sebenarnya tidak mendesak. Melalui proses introspeksi ini, seseorang diajak untuk melihat ke dalam diri sendiri dengan penuh kejujuran, tanpa tertipu oleh hawa nafsu atau godaan duniawi. Pemahaman semacam ini tidak hanya membantu seseorang menyadari apa yang benar-benar penting dalam hidup, tetapi juga menjadi landasan untuk melatih pengendalian diri dalam menghadapi berbagai godaan yang mungkin muncul. Dengan memiliki kesadaran diri yang kokoh, individu akan lebih mampu membangun benteng pertahanan diri yang kuat terhadap godaan untuk memperoleh sesuatu dengan cara yang tidak benar. Ia akan lebih bijaksana dalam menilai setiap situasi, tidak mudah tergoda untuk mengambil hal-hal yang bukan haknya, dan selalu berpegang pada prinsip-prinsip keadilan dan kejujuran. Sikap ini sangat relevan dalam mencegah perilaku koruptif, karena korupsi sering kali bermula dari sikap serakah dan keinginan yang berlebihan untuk mendapatkan keuntungan pribadi.

Lebih dari itu, kesadaran diri yang mendalam juga menumbuhkan rasa cukup dan menciptakan kepuasan batin yang tulus. Ketika seseorang merasa cukup dengan apa yang dimilikinya, ia tidak lagi terobsesi untuk mengejar materi atau kedudukan dengan cara-cara yang melanggar nilai-nilai moral dan etika. Ia akan lebih menghargai setiap proses yang dilalui, meski harus menempuh jalan yang lebih panjang dan berliku, asalkan tetap berada di jalur yang benar. Dalam kehidupan sehari-hari, ajaran ini membentuk individu yang rendah hati, sabar, dan selalu bersyukur. Mereka tidak hanya mampu menjaga integritas diri sendiri, tetapi juga menjadi teladan bagi orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian, ajaran Ki Ageng Suryomentaram tidak hanya membimbing seseorang untuk mencapai kebahagiaan pribadi, tetapi juga turut menciptakan masyarakat yang lebih jujur, adil, dan berintegritas tinggi. Prinsip sumeleh, yang berarti menerima dengan lapang dada dan tidak memiliki ambisi yang berlebihan, mengajarkan seseorang untuk menjalani hidup dengan penuh ketenangan dan keikhlasan. Prinsip ini mendorong individu untuk tidak terbebani oleh tekanan sosial atau tuntutan pribadi untuk selalu mengejar hal-hal yang berada di luar jangkauan atau yang sebenarnya bukan haknya. Dengan memiliki sikap sumeleh, seseorang belajar untuk tidak memaksakan diri dalam meraih sesuatu yang tidak sesuai dengan kemampuannya, sehingga terhindar dari stres, kecemasan, dan perilaku negatif dalam mencapai tujuannya.  Sikap sumeleh juga membentuk karakter yang lebih dewasa dan stabil. Individu yang mempraktikkan prinsip ini tidak mudah tergoda oleh gemerlapnya kekuasaan, harta benda, atau kedudukan yang ditawarkan oleh cara-cara yang tidak benar. Mereka mampu mempertahankan integritas diri dalam berbagai situasi, termasuk ketika dihadapkan pada godaan untuk melakukan penyimpangan demi keuntungan pribadi. Ketahanan mental dan spiritual yang dibangun melalui sikap sumeleh menjadikan seseorang lebih bijaksana dalam mengambil keputusan dan lebih tenang dalam menghadapi segala bentuk tantangan hidup. 

Melalui kebatinan Ki Ageng Suryomentaram, kita dapat membentuk pemimpin yang tidak hanya bermoral dan berintegritas, tetapi juga memiliki komitmen tinggi dalam mewujudkan bangsa yang adil dan sejahtera. Ajaran kebatinan ini menekankan pentingnya kesadaran diri, kejujuran, dan pengendalian hawa nafsu sebagai fondasi utama dalam membangun karakter pemimpin yang bijaksana. Seorang pemimpin yang memahami dirinya dengan jujur akan lebih mampu mengenali batas antara kepentingan pribadi dan kepentingan masyarakat, sehingga setiap keputusan yang diambilnya selalu berpijak pada nilai-nilai kebenaran dan keadilan.  Pemimpin yang berlandaskan ajaran Ki Ageng Suryomentaram juga akan memiliki sikap sumeleh, yaitu kemampuan untuk menerima dengan ikhlas dan tidak berambisi secara berlebihan. Sikap ini mencegah pemimpin dari godaan untuk menyalahgunakan kekuasaan demi keuntungan pribadi, serta menjauhkan diri dari perilaku koruptif yang dapat merugikan masyarakat luas. Dengan sumeleh, seorang pemimpin mampu menjalani tugasnya dengan penuh ketenangan dan kebijaksanaan, tanpa terjebak dalam ambisi yang merusak atau tekanan untuk mencapai sesuatu di luar haknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun