Mohon tunggu...
Muhammad Rajabbani Muttaqin
Muhammad Rajabbani Muttaqin Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Pemula

Penulis pemula, penonton Sepak Bola dan Insyaallah akan menyandang gelar S. Pd.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Cerita Tamasya Ngalam

3 April 2020   02:21 Diperbarui: 3 April 2020   10:55 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, sumber: Dokumentasi pribadi

Untuk A.

Aku tak henti-hentinya memuji keindahan sang Mpunya. Di antara deras air laut yang berbunyi tiap tertiup ombak; Aku mengingatmu di antara jauhnya jarak.

Meminum kopi di pinggir pantai sembari mengingatmu membuatku tak berdaya A. Kala bunyi ombak beradu dengan karang membentang bentuk, aku tak sanggup membendung rindu.

Muda-mudi itu tak kuat menahan buaian air laut untuk mereka setubuhi. Ketika senja merayu, dan di ujung kejauhan itu terlihat mereka yang asik berbahagia.

Dalam sebuah tenda kecil berwarna biru, aku asik merangkai kristal kata dalam pesona. Kalimat cinta ini berkisah lembar seperti pantai yang lelah dilepas ombak.

Aku harap kamu setia A, tenang. Bisikan hatimu terdengar, biar kini kita terjaga. Biarkan air laut yang kian surut mengantar Rindu. 

Kini tinggalah cinta memancar dari ombak besar mencumbu karang.

Pantai Selok Malang. 27 Desember 2019.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun