Bahkan pada momen tertentu, kapal bisa membuat pertunjukan kecil di atas kapal, seperti musik rapai atau pembacaan hikayat. Dengan begini, Kapal Aceh Hebat bisa menjadi ruang untuk seni, bukan hanya sebatas alat transportasi saja.
Kelima, Kapal Sebagai Duta Budaya
Jika kita mau berandai-andai, Kapal Aceh Hebat sebenarnya bisa diposisikan sebagai duta budaya Aceh. Setiap kapal yang berlayar membawa pesan: inilah wajah Aceh, inilah identitas kami.
Ketika wisatawan datang ke Sabang menggunakan kapal ini, kesan pertama mereka terhadap Aceh tidak lagi hanya pelabuhan dan ombak, tetapi juga budaya yang hangat dan ramah.
Dalam teori identitas budaya, moda transportasi bisa menjadi simbol kolektif sebuah daerah. Sama seperti kereta Shinkansen yang menjadi simbol Jepang atau kapal feri Viking yang menjadi identitas Nordik, Kapal Aceh Hebat bisa menjadi simbol modernitas Aceh yang tetap berakar pada tradisi.
Dengan menonjolkan identitas lokal, kapal ini dapat meningkatkan kebanggaan masyarakat sekaligus memperkuat branding pariwisata Aceh. Kapal Aceh Hebat sebagai identitas budaya tentu tidak akan mudah diwujudkan.
Sebagaimana kita ketahui, banyak sekali yang harus dibenahi. Belum lagi jika kita memikirkan anggaran, pasti hal ini tidak akan mudah terealisasikan.
Namun, jika Pemerintah kompak dan satu suara ingin serius dalam hal ini, tentu hal ini bisa lebih mudah diwujudkan. Namun, bukan tidak mungkin, kita bisa memulainya dari hal sederhana saja dulu.
Misalnya sapaan dalam bahasa Aceh, atau makanan khas Aceh disajikan dalam kapal. Hal ini tentu sangat mudah dilakukan.
Hanya butuh eksekusi dari pihak terkait untuk melakukannya. Kita juga bisa mulai menyisipkan nilai seni dan budaya melalui pertunjukan seni kecil di atas kapal.
Ini hal yang bisa kita lakukan dengan mudah. Bicara Aceh, tentu tidak akan lepas dari seni dan budaya.