Bahkan secara psikologis, Ramadan menciptakan sense of achievement. Setiap kali kita berhasil puasa seharian penuh, ikut tadarus, atau melakukan kebaikan kecil, ada rasa bangga yang membangun self-worth kita. Ini jauh lebih worth it dibanding kebanggaan karena dapet banyak like di Instagram.
Ramadan bukan sekadar puasa, tapi detox pikiran dan hati. Kurangi scrolling, perbanyak tadarus, biar jiwa tenang, mental sehat, dan hati lebih dekat dengan AllahÂ
Kesempatan Ramadan ini harusnya jadi turning point buat kita. Kalau selama ini kita kecanduan dopamine instan dari media sosial, kenapa nggak coba cari kepuasan yang lebih dalam dari ibadah? Mungkin awalnya terasa sulit, tapi begitu kita merasakan ketenangan yang datang dari spiritualitas, kita nggak bakal mau balik ke kebiasaan lama.
Jadi, kalau selama ini kita sering FOMO soal hal-hal duniawi, kenapa nggak coba FOMO soal kebaikan di Ramadan ini? Yuk, bikin challenge sendiri. Siapa yang bisa khatam Al-Qur'an duluan? Siapa yang bisa lebih banyak berbagi? Siapa yang bisa lebih konsisten salat tepat waktu?
Ramadan cuma datang setahun sekali. Jangan sampai kita ketinggalan kesempatan buat recharge kesehatan mental kita. Ini momen terbaik buat detox dari toxic medsos, mendekatkan diri ke Tuhan, dan jadi versi terbaik dari diri kita sendiri. Jadi, FOMO yang mana yang kamu pilih?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI